Little Wanderer

facebook instagram pinterest
  • HOME
  • INDONESIA
    • Bali
    • Malang
  • ABROARD
    • Singapore
    • Japan
    • Paris
    • Switzerland
    • Rome
    • Netherland
  • VISA
  • ACCOMODATION
  • TRANSPORT
  • FOODIE
  • TIPS
Setelah memutuskan untuk pergi ke Eropa pada liburan musim panas lalu dan juga kebetulan mendapatkan tiket harga promo dari Etihad SIN - CDG dan AMS - CGK, hal yang saya pikirkan kemudian adalah, mau ngapain di Eropa selama 15 hari? Mau ke mana aja? Nginep di mana? Dan naik apa? Tapi yang pasti, tujuan pertama kami adalah Paris dan berakhir di Amsterdam. 

Saya mulai menyusun itinerary dengan berbekal contoh itinerary dari travel-travel yang mengadakan tour ke Eropa, juga cerita-cerita para travel blogger dan teman-teman di group Backpacker International. Kebetulan saya punya teman di Paris dan sepupu di Belanda, jadi untuk tujuan di 2 tempat tersebut saya tidak terlalu bingung. Tapi kalau menghabiskan 15 hari hanya di Perancis dan Belanda kayanya sayang juga, dan lagi saya pengen banget bisa balik Jerman, kemudian sepupu saya yang di Belanda juga ngajak kami ke Rome, jadi saya memasukkan Jerman dan Rome sebagai destinasi berikutnya setelah Paris. 

Jadilah itinerary saya yang pertama dengan rute : Paris, Belanda, Jerman, Italy, dan kembali ke Belanda. Tapi kemudian si boss ngebet banget pengen ke Swiss. Pengen liat salju di Mt. Titlis katanya, masa udah ke Eropa jauh-jauh ga ke Swiss, sayang banget. Lalu saya pun memasukkan Swiss ke dalam itinerary kami. Saya cukup berpikir keras, gimana caranya agar kami bisa mengoptimalkan waktu kami di Eropa dengan baik, jangan sampe buang-buang waktu di jalan. Dan akhirnya jadilah itinerary yang kedua, yang akhirnya kami gunakan selama kami di Eropa.

Day 1 : Paris
Day 2 : Paris
Day 3 : Strassbourg, Colmar
Day 4 : to Zurich
Day 5 : Engelberg, Mt. Titlis, Lucerne
Day 6 : Interlaken
Day 7 : To Rome, Vatican City
Day 8 : Rome and takes a night train to Munich
Day 9 : Munich - Koln
Day 10 : to Rotterdam
Day 11 : Giethoorn
Day 12 : Rotterdam, Den Haag
Day 13 : Volendam
Day 14 : Amsterdam
Day 15 : Amsterdam

Itinerary selesai, sekarang masalah transportasi. Ada banyak cara untuk berkeliling Eropa selain naik pesawat , yaitu dengan kereta, bus, sewa mobil, dan pesawat. Dari keempat pilihan tersebut, kereta-lah yang menjadi favorit para traveler, termasuk saya. Kenapa? Kalau dibanding pesawat tentu akan lebih murah naik kereta, kalau sewa mobil tentu akan lebih cape karena harus stir sendiri, dll. Dan kalau dibandingkan dengan bus, 11-12 sih harganya, tapi mostly mereka lebih memilih kereta adalah karena selain dari segi kenyamanannya, kereta juga bisa menempuh jarak lebih cepat daripada bus. Jadi kalau kita mau keliling Eropa via darat dengan  waktu kita terbatas, pilihlah kereta, tapi kalau punya banyak waktu bus bisa menjadi pilihan juga. Bisa di cek di www.flixbus.com.

Berpegangan pada pengalaman orang-orang dan artikel-artikel sang master kereta Mark Smith dalam websitenya www.seat61.com, saya pun memutuskan untuk menggunakan Eurail Pass yang berlaku 15 hari. Karena setelah dibandingkan, harga Eurail Pass dengan tiket eceran di Loco2, untuk rute saya di atas, Eurail Pass bisa menghemat kurang lebih setengah harga dari tiket eceran/ point to point.

Kalau ada yang belum tau apa itu Eurail Pass, sama halnya dengan JR Pass yang berlaku di Jepang, Eurail Pass adalah tiket kereta api terusan yang bisa dipakai untuk berkeliling 28 negara di Eropa. 

Eurail Pass ini mempunyai beberapa tipe :

- Select Pass, kita bisa milih 2, 3, 4 negara yang saling berbatasan. Misalnya  : Paris - Benelux - Germany (ini best seller) atau Italia - Austria - Swiss - Germany. Untuk tiket ini kita juga bisa pilih misalnya 5 hari dalam 2 minggu, 6 hari dalam sebulan, dll. Harganya beragam sesuai tipe yg kita pilih. 

- One Country Pass, ini tiket terusan untuk naik kereta dalam satu negara saja. 

- Global Pass, nah ini kami pakai kmrn. Global Pass ini memungkinkan kita untuk naik kereta kemanapun dan sesering apapun. Mau tiap hari naik kereta kek ga masalah selama kereta tsb dicover sama Eurail Pass. Global Pass ini mempunyai batas waktu, yg paling singkat adalah 10 hari. Saya beli yang 15 hari karena kami pas 2 minggu ada di sana.  Untuk harga juga bervariasi tergantung kelas dan masa berlakunya. 

Awalnya saya sempat bingung mau beli antara mau beli Global dengan 4 countries pass. Awalnya saya menyusun itinerary Paris - Zurich - Roma - Rotterdam (naik pesawat dari Roma), tapi karena setelah saya liat kami punya jadwal lebih dari 7 hari untuk naik kereta, akhirnya saya pilih yang Global Pass. Lagian kalau dihitung-hitung malahan lebih mahal yang Select Pass 4 Countries. 

Setelah menjatuhkan pilihan pada Global Pass, kegalauan lain muncul, yaitu dalam memilih kelas. Kelas 1 atau 2. Ketika diskusi dengan si boss, dia lebih memilih 1st class karena dia bilang ada anak-anak harus yang nyaman. Tapi berhubung saya emak-emak yang perhitungan, saya cek-cek dulu perbedaannya apa antara 1st class dan 2nd class itu. Saya pun menelepon agen Eurail Pass yang ada di Jakarta dan ketika saya tanya, si CS nya cuma bilang, bangkunya aja yang beda sama kl 1st class, gang buat jalannya lebih gede. Bingung deh... kalau cuma beda bangku sama gang buat jalan doang sih mending 2nd class aja secara harganya lumayan beda 100Euro per orang. Masih penasaran akhirnya saya cek web-nya langsung dan  di sana dijelaskan lebih detail perbedaan antara kelas 1 dan 2. 

Jadi perbedaan 1st class dan 2nd class Eurail Pass adalah :
- 1st class, dalam satu row seatnya 2-1 sedangkan 2nd itu 2-2, itu menjelaskan kenapa si agen bilang gang jalan si kelas satu lebih besar.
- 1st class bangkunya lebih lebar dari bangku 2nd class jg lebih empuk dan yg pasti reclining seat. 
- 1st class ada stop contact di tiap seatnya untuk laptop/ charger HP, sedangkan 2nd class setiap 2 seat hanya ada 1 stop contact.
- 1st class untuk beberapa kereta dapat wifi gratis, 2nd class tidak dapat.
- 1st class di beberapa kereta di kasih snack dan minum gratis.
- Bisa duduk dan booking seat di 2nd class, tapi kalau tiketnya 2nd class ga bisa booking seat di 1st class.
- Ada lounge di beberapa statiun untuk pemegang tiket 1st class.

Berdasarkan semua fakta itu, mantap hatilah saya untuk memilih 1st class dan akhirnya saya pun membelinya lewat agen yang ada di Indo (www.eurobytrain.com). Kenapa lewat agen? Saya pribadi pakai agen karena waktu yang sudah mepet, sisa 2 minggu lagi sebelum keberangkatan, sedangkan untuk beli langsung dari Eropa melalui web-nya Eurail.com itu perlu sekitar 2 minggu pengiriman. Ga mungkin banget kan!

Lalu sebenarnya mending beli di mana? Di web Eurail.com atau lewat agen yang ada di Indo?
Jawabannya : beli di mana pun sama saja. Bedanya, kalau pembayaran di web Eurail itu dihitung pakai Euro dan udah pasti kamu harus bayar pakai credit card, sedangkan di agen Indo itu kamu bisa transfer pakai rupiah ke rekening mereka (BCA atau Mandiri) sesuai dengan kurs yang mereka kasih. Soal harga, kalau dihitung-hitung, total akhirnya hampir sama koq. Mungkin kalau dilihat harga yang tertera di web-nya saja itu lebih murah yang agen Indo punya, tapi harga dari agen Indo belum termasuk ongkos booking sebesar 5 Euro per-tiket, dan ini juga berlaku setiap kita mau booking seat untuk kereta-kereta yang perlu reservasi. Sedangkan harga yang tertera di web Eurail itu sudah termasuk pajak, dll, yang belum termasuk hanya ongkir saja. Ongkirnya murah koq kalau yang standard (2 minggu), kalau mau yang ekspress barulah lebih mahal.

Bisa ngga sih beli Eurail Pass langsung di Eropa? 
Tidak bisa yah.. Eurail Pass harus dibeli diluar Eropa. Jadi perlulah diingat bahwa Eurail Pass ini harus dijaga baik-baik supaya tidak hilang, karena kalau hilang kita terpaksa harus beli tiket point to point yang notabene bakalan lebih mahal dibanding kalau kita pakai Eurail Pass, sayang banget kan..

Bagaimana cara menggunakan Eurail Pass?
Setelah sampai di Eropa, pass ini harus diaktifkan terlebih dahulu. Lebih baik sih diaktifkan pada hari kita mau pakai biar tidak buang-buang hari. Kami pribadi tidak menggunakan pass ini selama kami berada di Paris hari pertama dan kedua, hari ketiga barulah kami berencana menggunakannya untuk pergi ke Strassbourg. Tapi bodohnya, karena kami terlalu hati-hati, jadi semua passport kami tinggal di koper di apartment dan kami hanya bawa copy-annya saja sedangkan untuk mengaktifkan pass ini haruslah pakai passport. Batal sudah rencana menikmati indahnya kota Strassbourg. Jadi harus diingat yah, kalau mau mengaktifkan Eurail Pass itu HARUS bawa passport.

Worthed ga yah pakai Eurail Pass ini?
BANGET! Saya bilang worthed karena global pass yang saya gunakan ini mengcover hampir 95% ongkos transport kami. Di beberapa kota, salah satunya Zurich, pass ini bahkan bisa digunakan untuk kereta dalam kota. Tapi untuk kereta-kereta yang memerlukan reservasi, pass ini berlum termasuk biaya reservasi. Biaya reservasi itu sendiri berbeda-beda, tergantung dari jenis kereta, kelas, dan seberapa jauh trip yang akan kita tempuh.

Berikut adalah rincian biaya reservasi selama kami di Eropa :
- Paris to Zurich | TVG Lyria - 35 Euro/ org 2nd class
- Zurich to Milan | Euro City - 16 CHF/ org 1st class
- Milan to Rome | Frecciarossa 20 CHF/ org 1st class
- Rome to Munich | EuroNight 57 Euro/ org sleeper 1 kamar 4 org
- Koln to Amsterdam | ICE 5 Euro/ org 1st class (ini sebenarnya ga perlu booking, tapi saya booking biar fix tempat duduknya)
Selain kereta-kereta di atas, saya juga naik kereta untuk ke Lucerne, Engelberg, Interlaken, Spiez, Den Haag, Eindhoven, Zwolle tanpa booking, jadi bisa langsung naik dan duduk di gerbong sesuai dengan kelasnya.

Setiap kali naik kereta, kita harus isi 'journey details' yang ada di bawah tiket, tanggal berapa, jam berapa, naik kereta darimana kemana. Nanti kalau ada petugas yang periksa, kita tinggal tunjukin aja Eurail pass kita dan nanti dia akan kasih cap di samping kolom yang kita tulis. Tapi kenyataan sih ga semua petugas ngecek  dan kasih cap juga sih. Rata-rata mereka cuma cek kita punya tiket atau tidak dan apakah tempat duduk kita sesuai dengan kelasnya atau tidak. That's all.

Journey detail yang harus diisi tiap naik kereta


Tentang reservasi
Bagaimana kita tahu apakah kereta yang akan kita tumpangi itu perlu reservasi atau tidak? Semuanya bisa di cek di timetable yang ada di web Eurail.com atau kalau mau gampang, bisa download aplikasinya di Android/ IPhone : Rail Planner. Cara cek-nya, coba aja masukin kota asal dan kota tujuan kita, (misalnya Paris to Zurich), tanggal dan jam berangkat, then 'find route'.

Contoh pencarian rute kereta

Nanti muncul tuh jadwal-jadwal kereta yang sesuai dengan yang kita cari. Nah di ujung kanan jadwal itu akan ada tulisan 'R' yang dilingkari dengan lingkaran hijau dan yang dilingkari dengan garis putus-putus. 'R' dengan lingkaran hijau artinya harus melakukan reservasi sedangkan  'R' dengan lingkaran putus-putus artinya bisa reservasi dan bisa juga tidak. Tapi kalau misalnya kita tidak reservasi dan tiba-tiba nanti ditengah-tengah ada orang yang reservasi untuk seat yang sedang kita duduki, mau ga mau kita harus pindah. Saran saya sih untuk amannya mending reservasi saja, karena ngga enak banget kan kalau lagi enak-enak duduk di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba kita harus pindah kursi.

Contoh jadwal kereta

Cara reservasi?
Ada 2 cara untuk melakukan reservasi, yaitu via web dan on the spot di ticket office yang ada di setiap statiun. Nah berhubung saya beli Eurail Pass nya lewat agen di Indo, jadi saya harus reservasi melalui agen tersebut dan juga kena biaya booking sebesar 5 Euro per ticket, lumayan banget kan, 5 Euro per tiket dikali 4 orang sudah 20 Euro, mending buat beli makanan. Kalau kita beli Eurail Pass nya langsung di web-nya Eurail.com, kita bisa reservasi langsung melalui webnya. Reservasi/ booking seat bisa dilakukan dari 2 minggu sebelum jadwal keberangkatan. Tapi perlu diingat, kalau sudah melakukan reservasi, berarti jam keberangkatan kita udah fix hari itu dan jam itu.

Kami pribadi, kami tidak melakukan reservasi apapun sebelumnya. Jadi semua reservasi kami lakukan tepat pada saat kami akan berangkat saja. Lebih aman karena ngga mungkin akan ketinggalan kereta, cuma agak deg-deg an aja setiap kali mau reservasi, takut keretanya udah penuh. Seperti ketika kami hendak ke Rotterdam dari Koln. Rencananya sih naik Thalys, biar sampe ke Rotterdamnya ga terlalu malem dan juga ngga perlu ganti kereta, tapi karena semua seat udah full booked, akhirnya kami naik ICE yang ternyata biaya bookingnya jauh lebih murah dibanding Thalys - happy banget!!

Review kereta
Dari semua kereta yang kami tumpangi selama di Eropa, menurut saya yang paling nyaman dan servicenya memuaskan adalah Frecciarossa rute Milan to Rome. Kami dapat seat berempat dengan meja di tengah-tengah. Bangkunya comfy banget, selain itu kami juga dapat snack dan expresso gratis (kereta lain ga dapat loh). Untuk anak-anak, mereka juga menyediakan children kit yang isinya kertas bergambar untuk diwarnai, pencil warna, mainan kartu, snack, dan jus. Nomor 2, saya suka ICE Munich - Koln dan Koln - Amsterdam Schiphol. Bukan karena saya pecinta all about Germany yah :), tapi ICE ini memiliki ruang duduk yang lebih besar dibanding kereta yang lain, jadi enak duduknya, lega.

Yang menurut saya kurang enak adalah TVG Paris - Zurich. Mungkin pengaruh juga karena pilih yang kelas 2, jadi tempat duduknya sempit. Karena 1st class nya mahal booo!! 45 Euro per seat. Kelas 2 nya saja 35 Euro per set dan untuk ukuran kelas 2 dan kondisi kereta, harga segini itu ga worthed banget! Ga ngerti dah apa yang bikin harganya sebegitu mahal, karena dibanding kereta lain yang jauh lebih bagus, harga booking seatnya malah lebih murah. ICE Munich to Koln is only 5 Euro for 1st Class, lebih murah dan lebih bagus.

Sebagai penutup, beberapa tips dari saya jika mau keliling Eropa dengan kereta adalah :
1. Susun itinerary lengkap dengan jadwal keretanya.
2. Buat second plan untuk jadwal kereta, jaga-jaga kalau misalnya kereta penuh atau ketinggalan kereta, jadi kita ga usah panik karena udah ada option lain.
3. Kalau kita mau booking seat di ticket office yang ada di statiun, datanglah ke statiun lebih awal 1,5 jam sampai 45 menit sebelum keberangkatan. Jaga-jaga kalau ternyata kita harus muter statiun untuk mencari dimana si ticket office-nya dan juga kalau misalnya harus ngantri pas mau booking seat.
4. Kalau udah punya jadwal fix yang kamu rasa bisa kamu penuhi semuanya, bisa booking seat terlebih dahulu lewat web Eurail.com (kalau beli langsung di webnya) atau lewat agen (kalau beli di agen). Booking seat di aplikasi Rail Planner juga bisa, tapi terbatas alias ga semua kereta bisa di booking lewat aplikasi.
5. Ketika mau naik, perhatikan petunjuk di setiap rel atau kalau di Swiss dan Jerman disebut 'Gleis'. Nah di petunjuk itu bisa dilihat kelas 1 atau 2 itu di line A, B, C, atau D. Jadi kalau ditulis kelas 1 di line D, jangan nunggu di line A atau masuk gerbong lewat line A, nanti kamu harus jalan jauh di dalam kereta untuk menuju line D. Kebayangkan ngelewatin barisan seat-seat yang ngga terlalu besar sambil geret koper. Jadi petunjuk harus selalu diperhatikan yah..
6. Di beberapa kereta seperti ICE, ada gerbong khusus yang mengharuskan penumpangnya untuk tenang. Kalau bawa anak-anak, mending jangan pilih gerbong tersebut karena nanti kalau berisik, kamu bisa diomelin sama penumpang lain.
7. Yang terakhir, ingatlah selalu, jangan sampai Eurail Pass kamu hilang, karena ini penting banget dan kamu ngga bisa beli lagi ketika kamu sudah berada di Eropa. Mungkin saja ada agen-agen tour yang jual, tapi kalau official office yang di statiun itu ngga jual Eurail Pass. Lagipula sayang banget kan kalau harus keluar uang lagi buat beli tiket baru.

So.. happy travelling guys!

☺☺☺








Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Bicara soal Paris, yang ada di pikiran saya adalah, woww.. one of the beautiful city in the world. Banyak orang yang suka sekali ke Paris, termasuk artis dan model2 dunia sana. Dan bisa pergi ke Paris (lebih tepatnya sih bisa balik lagi ke Eropa) buat saya adalah seperti one of my dreams come true.

Well... mungkin sama seperti orang-orang lain yang juga bepergian dengan ala koboy atau istilah kerennya backpacker, sebelum pergi saya juga sibuk cari sebanyak-banyaknya info tentang negara/ kota-kota yang akan saya kunjungi. Apalagi saya pergi bawa 2 bocah, jadi harus sedikit lebih detail dibanding dengan kalau saya pergi sendiri. Kalau sekarang sih cari infonya ga sesusah dulu, karena udah banyak banget yang ngepost tentang backpacker-an, salah satunya adalah di group FB yang saya follow yaitu Backpacker International. Lengkap banget di sana, dari transport, hotel, makanan, tujuan wisata, dll ada di sana asalkan kita ngga males baca, karena semua info tsb berupa sharing2 dari orang-orang.

The Bronx in Paris

Setelah melewati segala rintangan dari aiport menuju ke apartment, perjalanan kami di Eropa pun siap dimulai. Angin dingin kembali terasa ketika kami menapakkan kaki kami di luar gedung apartment. Masih 13 derajat Celcius dan saat itu sekitar pukul 2 siang. Menurut itinerary yang saya buat, tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah The Sacre-Coeur Basilica Montmartre yang terletak di bukit Montmartre yang merupakan titik tertinggi kota Paris. 

Menurut 'kamus pintar' saya, dari Belleville, kami harus naik Metro M2 ke Stasiun Anvert. Dari apartment kami ke stasiun Metro Belleville sangatlah dekat. Keluar dari kawasan apartment tinggal jalan kira2 200m sudah langsung kelihatan lambang Metronya. Sembari melangkah ke sana, saya memperhatikan sekeliling saya. Menurut saya tempat ini kurang tepat kalau disebut sebagai China Town. This place makes me feel like i was in the Bronx. Saya inget lagi kata-kata driver taksi tadi bahwa daerah itu adalah daerah pendatang dan bukan daerah elite, jadi ya udah terima aja.

Sebenarnya saya juga sudah tahu kalau di Perancis itu banyak orang kulit hitam dan sebagian dari mereka mempunyai kewarganegaraan Perancis. Sebut saja pemain sepakbola Paul Pogba atau  Bacary Sagna. Tapi bagaimana awalnya mereka bisa tinggal di Perancis atau migrasi ke Perancis, itu yang membuat saya penasaran.

Kata temen saya yang sudah tinggal di sana, sejarahnya adalah ketika jaman perang dulu, Perancis porak poranda dan banyak kehilangan penduduknya dalam perang. Karena itulah kemudian mereka membawa orang-orang dari negara-negara yang mereka jajah yang mostly adalah negara-negara di Afrika untuk masuk dan membangun kembali Perancis. Lalu orang-orang tersebut membawa serta keluarganya untuk tinggal di Perancis. Nah, jadilah Perancis seperti sekarang ini. Tapi temen saya bilang, tidak perlu takut pada mereka, karena rata-rata mereka baik koq, justru yang terkenal yang suka nyopet itu adalah orang kulit putih yang berpenampilan seperti gelandangan/ gipsy.

Transportasi di Paris

Selama berada di Paris 3 hari, saya mencatat semua jalur Metro yang harus kami tumpangi untuk mencapai lokasi tujuan kami. Kenapa saya memilih untuk naik Metro? Yahh karena saya baca-baca dan ada ungkapan yang katanya 'Kalau ke Paris tidak lengkap kalau kita tidak mencoba naik Metro Paris,' nahhh.. penasaran-lah saya. Tapi kalau dipikir-pikir, setelah saya sendiri mencoba naik Metro, saya menyimpulkan bahwa orang senang naik Metro karena lebih mudah dijangkau dan lebih cepat. Tapi untuk Metronya sendiri, hmmm.. masih kalah bagus sih sama MRT di Singapore kalau menurut saya.

Source : Google

Lalu selain Metro, adakah transportasi lain. Tentu saja aja.

Jadi kalau bicara soal transportasi umum di Paris, pertama kita harus tahu kita mau kemana aja, lalu tempat itu letaknya di daerah/ zona yang mana, dan yang terakhir tentu saja tiket apa yang harus  dibeli untuk transportasi umum di Paris.

Paris itu sendiri terbagi jadi 5 zone. Zone 1 adalah pusat kota dan hampir semua objek wisata Paris yang terkenal seperti Eiffel, Notre-Dame, Louvre Museum itu berada di zona ini. Versailles ada di zona 2, lalu Disneyland dan CDG Airport itu berada di zona 5. Untuk alat transportasi umum dalam kotanya sendiri juga ada beberapa macam. Selain Metro yang terkenal, tentu saja ada bus, lalu RER (train).

Untuk tiket tidaklah ribet, karena satu tiket itu bisa mencakup semua transport, yang membedakan hanyalah zona dan masa berlaku tiketnya. Jadi kalau mau beli tiket transport bisa disesuaikan dengan tempat-tempat kemana kita mau pergi.  Kalau cuma mau liat menara Eiffel, Arc de Triomphe, Notre-Dame gitu-gitu sih ga perlu beli tiket yang mencakup 5 zona. Dan untuk kami, saya memilih tiket single, namanya t+ ticket yang hanya mencakup zona 1 saja dengan harga 14,90 Euro  untuk 10 tiket. Sedangkan kalau beli satuan, harganya 1,90 Euro. Harga tiket dewasa dan anak-anak (6-12 tahun) tidaklah sama. Tiket anak-anak harganya lebih murah 50% dari tiket orang dewasa, sedangkan untuk anak di bawah 6 tahun, ngga perlu beli tiket apapun alias masih gratis.

Metro ini sistemnya sama kaya di Singapore, selama kita ga keluar stasiun Metro, kita bisa bebas naik turun Metro kemana pun. Nah tiket ini jangan sampe ilang karena akan dipake ketika kota mau keluar stasiun Metro. Untuk jelasnya tentang pilihan tiket dan transportasi di Paris bisa lihat diSINI. Dan kalau mau naik Metro, bisa lihat jalurnya di web parisbytrain.com.

Sedikit cerita, sewaktu saya hendak membeli tiket di salah satu mesin yang berjejer di depan pintu masuk Metro, tiba-tiba seorang pria muda berkulit hitam menghampiri saya dan menawarkan tiket Metro. Dia bilang tiket yang dia jual sama saja dengan tiket yang dijual di mesin. Saya sudah menolak, tapi ini orang agak maksa. Sempet sebenernya tergoda untuk beli tiket dari dia tapi mengingat pepatah, "JANGAN PERCAYA BANTUAN ORANG ASING DI PARIS," akhirnya saya tetap menolak dan beli tiket dari tourist information saja biar ga salah.

Kurang Ramah Anak & Disable

Ketika saya tiba di depan papan bertuliskan Belleville dengan lambang metro di sampingnya, saya hanya melihat tangga biasa, tidak ada eskalator ataupun petunjuk tentang adanya lift. Lalu saya bertanya-tanya dalam hati, masa sih untuk kota sebesar Paris yang secara di Eropa, ngga menyediakan fasilitas lift atau setidaknya eskalator untuk turun/ naik di statiun Metro. Gimana ceritanya dengan orang-orang yang bawa stroller seperti kami ini atau orang-orang yang menggunakan kursi roda. Karena penasaran, turunlah saya duluan ke bawah dengan harapan bisa menemukan lift. Tapi setelah lihat kanan kiri dan akhirnya bertanya ke seorang wanita yang juga bawa stroller yang sepertinya adalah imigran dan dia bilang kalau dia menurunkan strollernya dengan cara di angkut, then pupus lah harapan saya menemukan lift untuk turun ke bawah. Damn!!

Source : Google

Cukup perlu tenaga untuk mengangkat turun stroller tandem plus si boy yang duduk di sana. Kebayang dah hari-hari berikutnya harus dimulai dengan mengangkat turun dan naik stroller ke statiun Metro. Duhh, moga-moga cuma di sini aja yang ngga ada lift/ eskalator, saya berharap dalam hati. Tapi ternyata... di stasiun Metro Anvers pun tidak ada lift atau eskalator, yang ada cuma tangga dan yang ini malahan lebih parah dibanding di Belleville. Kalau di Belleville tangganya pendek dan cuma satu doang, di Anvers ini tangganya tinggi dan ada 2, naik lagi! Yahh.. apa boleh buat, itung-itung gantiin kelas body pump-nya koko Randy aja deh dibanding ngeluh, toh ngeluh ga nolong sama sekali.

Saya menilai kalau Paris kurang ramah anak/ disable adalah karena dari semua statiun Metro yang kami singgahi, hanya ada SATU statiun yang memiliki lift yaitu Bir-Hakeim yang merupakan stasiun dekat menara Eiffel. Jadi kalau bawa stroller, saran saya sih jangan naik Metro, kecuali kalau mau gotong turun naik. Mending naik bus saja. Tidak apa-apa lama sedikit, tapi kan lebih enak tinggal dorong stroller masuk ke dalam bus.

Nah, singkat cerita, akhirnya pada malam pertama itu kami memutuskan untuk naik bus pulang ke apartment dari Hotel de Ville. Untuk petunjuk nomor bus/ metro saya selalu melihat dari Rome2Rio. Ada aplikasinya juga, jadi lebih gampang kalau mau dipakai dibanding harus buka browser dulu. Sumpah, aplikasi ini membantu banget. Lengkap banget penjelasannya dan dia juga bisa nge-link sama Google Map. Jadi kalau misalnya saat ini kita ada di Notre-Dame dan mau naik bus di Hotel de Ville, kita harus jalan ke arah mana untuk bisa ke Hotel de Ville itu bisa kita liat. Helpful banget pokoknya.

Lanjut, setelah menunggu sekitar 20 menit, datanglah bus yang harus kami tumpangi. Cukup lama putar-putar, akhirnya sampai juga di Belleville. Sayangnya dari halte bus Belleville ke apartment kami itu harus jalan lagi sekitar 15 menit. Kami tiba di halte Belleville itu  sekitar jam 10 malam dan hari baru saja berubah menjadi gelap. Sebenarnya jalan tidak apa-apa, tapi karena di sana daerahnya cukup menyeramkan plus kurang penerangan, jadi kami berjalan dengan perasaan was-was alias parno. Kapok deh pulang malam-malam naik bus, next kalau mau pulang naik bus kayanya harus kalau hari masih terang deh.

Expectation vs Reality

Paris is one of the most beautiful city in the world. Well.. it could be yes and it could be not.

Sewaktu saya cari-cari apartment buat di Paris, pilihan saya ada 2, Belleville dan Montmartre. Karena ngga ngerti tentang daerahnya, akhirnya saya tanya sama teman saya yang tinggal di Paris, "Sis, Belleville sama Montmartre mending mana?" Lalu dia bilang, "Belleville itu Chinatown, banyak resto asia dan toko asia, Montmartre kawasannya lebih elite sih tapi jalannya turun naik,". Waktu dia bilang begitu, saya langsung menjatuhkan pilihan saya ke Belleville, karena saya pikir kalau jalannya naik turun, repot juga kalau bawa stroller kan. Lagian kalau di Chinatown, kita ngga perlu takut ngga bisa makan, itulah harapan saya. Tapi kenyataannya, Belleville jauh dari bayangan saya, tapi untungnya apartmentnya nyaman dan letaknya strategis.

Begitu kami tiba di Montmartre - setelah menggotong naik stroller tandem plus si boy - barulah saya 'ngeh' dengan kata elite yang teman saya bilang itu. Apalagi ketika kami berada di daerah Montparnasse, woww.. beda banget dengan di Belleville. Lingkungannya, tata kotanya, bangunannya,  jalanannya, orang-orangnya. Kami menyusuri daerah itu jalan kaki hingga ke Notre-Dame dan di sinilah baru saya bisa bilang : Paris is a beautiful city.

Source : Google


Hari kedua, teman saya mengajak kami berjalan menyusuri Champ Elysees yang terkenal dengan toko-toko middle-high nya di sepanjang jalan. Daerah ini pun cantik. Sesekali saya melihat ada polis berjaga-jaga di beberapa sudut. Teman saya bilang bahwa saat ini setiap daerah-daerah wisata di Paris dijaga ketat oleh polisi berseragam maupun polisi dengan pakaian preman. Yah sudah sewajarnya sih karena Paris kan memang terkenal dengan copetnya yang ganas. Ciri-ciri copet yang temen saya bilang adalah, berpakaian seperti gipsy dan berpura-pura nawarin sesuatu, dan begitu kita tertarik, langsung deh teman-teman si copet itu datang ngerempuk. Sasaran utamanya adalah turis Asia. Kenapa? Karena mostly turis Asia itu selalu membawa uang cash, sedangkan turis eropa tidak suka bawa cash. Jadi saran buat yang mau ke Paris, lebih baik ngga usah bawa uang cash banyak2. bawa saja secukupnya, sisanya kita bisa bayar pake kartu kredit.

Satu hal yang membuat Paris kurang enak dilihat adalah banyaknya 'gelandangan' yang berkeliaran di jalan. Mereka tidak segan untuk ngemis pada tiap orang yang mereka temui. Dan parahnya, beberapa dari mereka bahkan tidur di jalanan seperti di bangku yang ada di trotoar ataupun di dalam box telepon umum. Untuk kota seterkenal Paris, saya pikir seharusnya tidak seperti itu. Hal ini terjadi pastilah ada penyebabnya. Lalu teman saya bilang, kalau di Paris itu ternyata para gelandangan yang tidak punya pekerjaan itu diberi uang tunjangan oleh pemerintah. Pantas saja mereka lebih milih untuk jadi gembel dibanding bekerja, karena kalau mereka kerja, pemerintah tidak akan kasih tunjangan lagi.

Kalau ditanya, maukah saya balik lagi ke Paris?? Tentu saja saya mau, tapi next time, mungkin saya akan lebih mengeksplor keluar kota Paris, seperti Colmar, Strassbourg, Lourdess,  Annecy, dll.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

~ Mommy of two | Child of GOD ~


Travelling, it leaves you speechless the turns you into a storyteller

Follow Us

  • facebook
  • instagram
  • pinterest

POPULAR POSTS

  • Paduan Mengisi Formulir Aplikasi Visa Schengen
    Hai temen-temen yang mau apply visa Schengen... Seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, mengunduh dan mengisi formulir aplika...
  • Apply Sendiri Visa Schengen untuk Keluarga
    EROPA adalah benua yang bisa dibilang banyak dimintai orang-orang untuk berlibur. Banyaknya tiket promo dari airlines juga tour-tour murah ...
  • Semalam di Grand Mercure Bandung
    Berhubung saya orang Bandung, jadi walaupun saya suka ke Bandung tapi saya tidak pernah sekalipun menginap di hotel di Bandung. Dan Grand M...
  • Keliling Eropa dengan Eurail Pass
    Setelah memutuskan untuk pergi ke Eropa pada liburan musim panas lalu dan juga kebetulan mendapatkan tiket harga promo dari Etihad SIN - CD...
  • Metro Oh Metro...
    Salah satu tekad saya ketika saya berada di Paris adalah pengen keliling Paris dengan ala-ala Parisian. dan Metro adalah pilihan utama saya...
Copyright by. insidetheirbackpack. Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2018 (10)
    • ►  October (1)
    • ▼  September (2)
      • Keliling Eropa dengan Eurail Pass
      • The Real Paris
    • ►  July (3)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
  • ►  2017 (5)
    • ►  August (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)

Categories

akomodasi eropa indonesia tips transportation travelling with kids visa

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates