Little Wanderer

facebook instagram pinterest
  • HOME
  • INDONESIA
    • Bali
    • Malang
  • ABROARD
    • Singapore
    • Japan
    • Paris
    • Switzerland
    • Rome
    • Netherland
  • VISA
  • ACCOMODATION
  • TRANSPORT
  • FOODIE
  • TIPS
Salah satu tekad saya ketika saya berada di Paris adalah pengen keliling Paris dengan ala-ala Parisian. dan Metro adalah pilihan utama saya untuk bepergian di Paris, karena saya terpengaruhi oleh pepatah : "belum ke Paris kalau belum nyobain naik Metro" :D So, saya pun mengatur semua itinerary di Paris selama 3 hari dengan Metro sebagai alat transportasinya. Rute dan informasi tentang Metro saya lihat di official website-nya  RATP (klik diSINI) yang merupakan operator transportasi di Paris.

Metro Map Paris

Awalnya tentu saja saya sangat excited. Menurut itinerary, tempat pertama yang akan kami kunjungi di Paris adalah Sacre-Coeur Basilica, Montmartre dan untuk ke daerah tersebut, kami akan menggunakan Metro M2 rute Belleville - Anvert. 

Apartment kami hanya berjarak sekitar 200m ke stasiun Belleville, sesuai dengan review orang-orang yang pernah menginap di sana sebelumnya. Sangat strategis untuk orang seperti saya yang kemana-mana pengen naik Metro. Saya pun melangkah lebar menuju papan dengan lambang M dan bertuliskan Belleville, ga sabar pengen cepet-cepet naik Metro and then, langkah saya terhenti ketika saya melihat tangga turun menuju bawah sana, tempat si kereta berada. Tidak adakah lift atau setidaknya eskalator? Bagaimana dengan stroller yang saya bawa? 

Dan yesss.. tidak ada lift maupun eskalator. Akhirnya mau ga mau kami harus menggotong stroller kami turun ke bawah bersama si boy yang duduk diatasnya. Kesel?? Udah pasti! Karena kenyataannya naik Metro di Paris tidaklah seindah harapannya saya. Bahkan kalau saya bandingkan dengan MRT di Singapore, dari segi stasiun dan sarana, MRT lebih oke dibanding Metro. 

The Ticket
Seperti yang sudah saya bahas di post sebelumnya (The Real Paris) tentang tiket, bahwa ada beberapa jenis tiket untuk transportasi yang dijual di Paris. Tiket tersebut bisa digunakan untuk Metro, bus, dan RER. Yang membuat harganya beda-beda adalah area cakupannya dan masa berlaku tiketnya. 

Pembagian zona di Paris adalah sebagai berikut :

Pembagian zona Paris (Source : www.parisinfo.com)


Kalau lihat di website Paris Info tentang transportasi di Paris (klik diSINI), ada beberapa jenis tiket yang bisa kita beli sesuai dengan kebutuhan kita di Paris yaitu :
  • Paris Visit Pass : tiket ini memiliki masa berlaku 1, 2, 3, dan 5 hari. Harganya beda-beda tergantung zona dan masa berlaku si tiket. Yang paling murah harganya 13,2 Euro untuk 1 hari zona 1-3 dan yang termahal itu harganya 72,4 Euro untuk 5 hari zona 1-5. Harga-harga tersebut adalah untuk tiket orang dewasa, sedangkan untuk anak-anak mulai 4-11 tahun, harga tiketnya setengah dari harga dewasa, dan untuk anak di bawah 4 tahun tidak perlu beli tiket.
  • t+ ticket RATP, tiket ini berlaku hanya di zona 1 untuk Metro, bus, dan RER yang masih termasuk di zona 1. Harga satuannya adalah 1.99 Euro sedangkan kalau beli langsung 10 tiket hanya 14,90 Euro untuk orang dewasa mulai dari umur 10 tahun. Anak 4-9 tahun dapat diskon 50% dan dibawah 4 tahun free. 
  • Tiket transport Versailles, Disneyland, Airport. Nah kalau kita hanya beli t+ ticket tapi pengen ke Versailles, Disneyland, atau Airport, bisa pakai tiket yang ini. Tiket ini berlaku point to point saja dan sekali jalan yah (tidak PP). Jadi kalau rute kita misalkan Gare du Nord - Disneyland - Gare du Nord, kita harus beli 2 tiket, satu yang untuk ke Disneyland dan satunya yang dari Disneyland.
t+ ticket (Source : Google)

Cara menggunakan tiketnya kurang lebih sama dengan MRT di Singapore. Kalau mau masuk, kita harus memasukkan tiketnya ke dalam mesin dulu, dan baru pintunya akan terbuka. Hal ini juga berlaku kalau kita mau keluar yah, jadi tiketnya jangan sampai hilang. 

Bagus sih sebenernya sistemnya, tapi ternyata Paris ngga beda jauh sama Jakarta, karena saya melihat ada orang yang bisa masuk tanpa tiket melalui jalur khusus stroller dan kursi roda. Jadi beberapa kali itu saya lihat, serombongan orang berdiri di jalur khusus stroller dimana seharusnya yang masuk di sana kan hanya orang yang bawa stoller, tapi alhasil begitu pintu terbuka, yang masuk serombongan itu tanpa scan tiket lagi. Pintu akses masuk dan keluar pun sangat mudah ditahan pakai tangan, jadi mereka-mereka yang sudah mengerti celahnya gampang sekali kalau mau berbuat curang. Belum lagi karena minimnya penjagaan petugas statiun di sana.

Pintu akses masuk dan keluar di statiun Metro Paris (source : Google)

The train...
Ada banyak sekali jalur Metro di Paris dan itu berarti juga ada banyak sekali kereta yang digunakan sebagai Metro itu berlalu lalang. Lalu seperti apakah kereta-kereta ini? Nyamankah?

Selama saya di Paris, saya berkesempatan menaiki 2 jenis kereta, saya sebut mereka yang baru dan yang lama. Dan dari sekian kali perjalanan saya menggunakan Metro, saya hanya sekali saja merasakan kereta yang baru, sisanya adalah kereta-kereta yang sudah bisa dibilang tua. Bedanya apa? Yang paling jelas bisa terlihat adalah dari pintu dan kondisi dalam keretanya. Kereta lama pintunya harus dibuka manual, bisa dari dalam maupun dari luar,  sedangkan kereta baru tinggal pencet tombol dan pintu terbuka dengan mulus. Untuk interiornya, nah.. sedikit miris sih, karena beberapa kereta  ada yang bau, entah bau pesing atau bau apa. Saya pernah hendak duduk di bagian belakang salah satu gerbong , saya lupa Metro nomor berapa, dan ternyata selain ada bau-bau ga enak, tempat duduknya itu bawahnya kotor sekali, ada sampah bekas makanan, puntung rokok, dll. Itu saya temukan di kereta lama. Karena saya hanya sekali naik kereta yang baru, so far semuanya masih bersih dan bangkunya pun lebih nyaman.

Penampilan kereta lama Metro Paris (source : Google)

Memahami petunjuk di stasiun Metro
Pertama kali masuk stasiun Metro di Belleville, cukup membuat saya tercengang. Selain seperti yang saya tulis sebelumnya - feels like in the Bronx -, saya juga cukup bingung dengan petunjuk-petunjuk yang ada di sana. Ada banyak jalan yang entah menuju kemana ada banyak papan petunjuk dengan tulisan 'SORTIE'. Perlu beberapa waktu bagi saya untuk memahami bahwa 'sortie' itu berarti 'EXIT'. Dan setelah paham akan hal itu, semuanya jadi lebih mudah.

Seperti contohnya, saya naik Metro ke Bir Hakeim yang merupakan salah satu stasiun terdekat menara Eiffel. Nah begitu kita keluar melewati scan tiket, kita akan menemukan banyak petunjuk dengan tulisan SORTIE tersebut. Tinggal sesuaikan saja kita mau kemana, kalau misalnya mau ke Eiffel, kita tinggal cari tulisan SORTIE dengan petunjuk 'Tour Eiffel'. Dan biasanya ada petunjuk lagi, kalau mau ke Tour Eiffel kita harus keluar lewat pintu berapa. Kalau misalkan pintu 1, nah ikuti saja petunjuk arah menuju pintu 1. Simpel sih asalkan cermat dengan petunjuk-petunjuk tersebut.

Salah satu petunjuk keluar di Metro Statiun (source : Google)

Tips jika kamu ingin naik Metro di Paris :


  1. ALWAYS BEWARE OF YOUR BELONGINGS!! Selalu waspada terutama pada barang-barang bawaan kamu terutama jika Metro dalam keadaan ramai. Tas harus selalu tertutup. Kalau kamu bawa ransel, mending ransel kamu digendong di depan, dan kalau pakai tas slempang, usahakan untuk selalu memegang tas kamu.
  2. Simpanlah tiket dengan baik.. Seperti yang saya tulis di atas, tiket jangan sampai hilang karena akan digunakan lagi ketika kamu nanti akan keluar dari statiun Metro. 
  3. Perhatikan rute Metro! Adalah penting untuk mengetahui kita mau kemana naik Metro nomor berapa. Untuk petunjuk tentang Metro, saya selalu lihat di website Rome2rio. Petunjuknya jelas banget, dan kalau kamu lihat via aplikasinya, ada map yang bisa langsung connect ke Google Maps.
  4. Perhatikan petunjuk di dalam Metro! Setelah naik Metro, jangan lupa lihat petunjuk statiun berikutnya yang biasanya ada di bagian atas. Dan jika next statiun adalah statiun tujuan kami, lebih baik kamu bersiap-siap mendekat ke pintu sebelum Metro nya berhenti di statiun tujuan kamu agar kamu bisa langsung keluar begitu pintu terbuka.
  5. Jangan percaya orang yang pura-pura nawarin kamu tiket! Kalau orang udah punya niat jelek, apapun akan dilakukan termasuk pura-pura jual tiket Metro. Dan ternyata memang itulah salah satu trik para pencopet dalam melaksanakan aksinya. Jadi dia akan menawarkan kita sesuatu, begitu kita tertarik, lalu teman-temannya akan datang ke arah kita dan mengambil barang kita, jadi harus extra hati-hati untuk hal ini yah..
  6. Jagalah kebersihan di dalam Metro. Walaupun Metronya juga ngga bersih-bersih amat, tapi ada baiknya kita menjaga kebersihan Metro. Jangan sampai tiba-tiba kita kena denda karena buang sampah sembarangan di dalam Metro.
  7. Perhatikan petunjuk keluar! Jangan bingung dengan kata SORTIE. Itu artinya EXIT. Bacalah setiap papan petunjuk yang menerangkan tempat keluar. 


Yahh.. begitulah kira-kira pengalaman saya naik Metro di Paris, semoga bisa memberikan sedikit pencerahan buat yang sedang bingung dengan transportasi di Paris.

Tidak perlu takut naik Metro. Naik Metro itu fun koq, dan yang pasti cepat sampai ke tempat tujuan kamu. Asal kamu berhati-hati dan teliti, pasti bisa! So.. selamat berpetualang!!

☺☺☺


BACA JUGA :

  • The Real Paris







Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Setelah memutuskan untuk pergi ke Eropa pada liburan musim panas lalu dan juga kebetulan mendapatkan tiket harga promo dari Etihad SIN - CDG dan AMS - CGK, hal yang saya pikirkan kemudian adalah, mau ngapain di Eropa selama 15 hari? Mau ke mana aja? Nginep di mana? Dan naik apa? Tapi yang pasti, tujuan pertama kami adalah Paris dan berakhir di Amsterdam. 

Saya mulai menyusun itinerary dengan berbekal contoh itinerary dari travel-travel yang mengadakan tour ke Eropa, juga cerita-cerita para travel blogger dan teman-teman di group Backpacker International. Kebetulan saya punya teman di Paris dan sepupu di Belanda, jadi untuk tujuan di 2 tempat tersebut saya tidak terlalu bingung. Tapi kalau menghabiskan 15 hari hanya di Perancis dan Belanda kayanya sayang juga, dan lagi saya pengen banget bisa balik Jerman, kemudian sepupu saya yang di Belanda juga ngajak kami ke Rome, jadi saya memasukkan Jerman dan Rome sebagai destinasi berikutnya setelah Paris. 

Jadilah itinerary saya yang pertama dengan rute : Paris, Belanda, Jerman, Italy, dan kembali ke Belanda. Tapi kemudian si boss ngebet banget pengen ke Swiss. Pengen liat salju di Mt. Titlis katanya, masa udah ke Eropa jauh-jauh ga ke Swiss, sayang banget. Lalu saya pun memasukkan Swiss ke dalam itinerary kami. Saya cukup berpikir keras, gimana caranya agar kami bisa mengoptimalkan waktu kami di Eropa dengan baik, jangan sampe buang-buang waktu di jalan. Dan akhirnya jadilah itinerary yang kedua, yang akhirnya kami gunakan selama kami di Eropa.

Day 1 : Paris
Day 2 : Paris
Day 3 : Strassbourg, Colmar
Day 4 : to Zurich
Day 5 : Engelberg, Mt. Titlis, Lucerne
Day 6 : Interlaken
Day 7 : To Rome, Vatican City
Day 8 : Rome and takes a night train to Munich
Day 9 : Munich - Koln
Day 10 : to Rotterdam
Day 11 : Giethoorn
Day 12 : Rotterdam, Den Haag
Day 13 : Volendam
Day 14 : Amsterdam
Day 15 : Amsterdam

Itinerary selesai, sekarang masalah transportasi. Ada banyak cara untuk berkeliling Eropa selain naik pesawat , yaitu dengan kereta, bus, sewa mobil, dan pesawat. Dari keempat pilihan tersebut, kereta-lah yang menjadi favorit para traveler, termasuk saya. Kenapa? Kalau dibanding pesawat tentu akan lebih murah naik kereta, kalau sewa mobil tentu akan lebih cape karena harus stir sendiri, dll. Dan kalau dibandingkan dengan bus, 11-12 sih harganya, tapi mostly mereka lebih memilih kereta adalah karena selain dari segi kenyamanannya, kereta juga bisa menempuh jarak lebih cepat daripada bus. Jadi kalau kita mau keliling Eropa via darat dengan  waktu kita terbatas, pilihlah kereta, tapi kalau punya banyak waktu bus bisa menjadi pilihan juga. Bisa di cek di www.flixbus.com.

Berpegangan pada pengalaman orang-orang dan artikel-artikel sang master kereta Mark Smith dalam websitenya www.seat61.com, saya pun memutuskan untuk menggunakan Eurail Pass yang berlaku 15 hari. Karena setelah dibandingkan, harga Eurail Pass dengan tiket eceran di Loco2, untuk rute saya di atas, Eurail Pass bisa menghemat kurang lebih setengah harga dari tiket eceran/ point to point.

Kalau ada yang belum tau apa itu Eurail Pass, sama halnya dengan JR Pass yang berlaku di Jepang, Eurail Pass adalah tiket kereta api terusan yang bisa dipakai untuk berkeliling 28 negara di Eropa. 

Eurail Pass ini mempunyai beberapa tipe :

- Select Pass, kita bisa milih 2, 3, 4 negara yang saling berbatasan. Misalnya  : Paris - Benelux - Germany (ini best seller) atau Italia - Austria - Swiss - Germany. Untuk tiket ini kita juga bisa pilih misalnya 5 hari dalam 2 minggu, 6 hari dalam sebulan, dll. Harganya beragam sesuai tipe yg kita pilih. 

- One Country Pass, ini tiket terusan untuk naik kereta dalam satu negara saja. 

- Global Pass, nah ini kami pakai kmrn. Global Pass ini memungkinkan kita untuk naik kereta kemanapun dan sesering apapun. Mau tiap hari naik kereta kek ga masalah selama kereta tsb dicover sama Eurail Pass. Global Pass ini mempunyai batas waktu, yg paling singkat adalah 10 hari. Saya beli yang 15 hari karena kami pas 2 minggu ada di sana.  Untuk harga juga bervariasi tergantung kelas dan masa berlakunya. 

Awalnya saya sempat bingung mau beli antara mau beli Global dengan 4 countries pass. Awalnya saya menyusun itinerary Paris - Zurich - Roma - Rotterdam (naik pesawat dari Roma), tapi karena setelah saya liat kami punya jadwal lebih dari 7 hari untuk naik kereta, akhirnya saya pilih yang Global Pass. Lagian kalau dihitung-hitung malahan lebih mahal yang Select Pass 4 Countries. 

Setelah menjatuhkan pilihan pada Global Pass, kegalauan lain muncul, yaitu dalam memilih kelas. Kelas 1 atau 2. Ketika diskusi dengan si boss, dia lebih memilih 1st class karena dia bilang ada anak-anak harus yang nyaman. Tapi berhubung saya emak-emak yang perhitungan, saya cek-cek dulu perbedaannya apa antara 1st class dan 2nd class itu. Saya pun menelepon agen Eurail Pass yang ada di Jakarta dan ketika saya tanya, si CS nya cuma bilang, bangkunya aja yang beda sama kl 1st class, gang buat jalannya lebih gede. Bingung deh... kalau cuma beda bangku sama gang buat jalan doang sih mending 2nd class aja secara harganya lumayan beda 100Euro per orang. Masih penasaran akhirnya saya cek web-nya langsung dan  di sana dijelaskan lebih detail perbedaan antara kelas 1 dan 2. 

Jadi perbedaan 1st class dan 2nd class Eurail Pass adalah :
- 1st class, dalam satu row seatnya 2-1 sedangkan 2nd itu 2-2, itu menjelaskan kenapa si agen bilang gang jalan si kelas satu lebih besar.
- 1st class bangkunya lebih lebar dari bangku 2nd class jg lebih empuk dan yg pasti reclining seat. 
- 1st class ada stop contact di tiap seatnya untuk laptop/ charger HP, sedangkan 2nd class setiap 2 seat hanya ada 1 stop contact.
- 1st class untuk beberapa kereta dapat wifi gratis, 2nd class tidak dapat.
- 1st class di beberapa kereta di kasih snack dan minum gratis.
- Bisa duduk dan booking seat di 2nd class, tapi kalau tiketnya 2nd class ga bisa booking seat di 1st class.
- Ada lounge di beberapa statiun untuk pemegang tiket 1st class.

Berdasarkan semua fakta itu, mantap hatilah saya untuk memilih 1st class dan akhirnya saya pun membelinya lewat agen yang ada di Indo (www.eurobytrain.com). Kenapa lewat agen? Saya pribadi pakai agen karena waktu yang sudah mepet, sisa 2 minggu lagi sebelum keberangkatan, sedangkan untuk beli langsung dari Eropa melalui web-nya Eurail.com itu perlu sekitar 2 minggu pengiriman. Ga mungkin banget kan!

Lalu sebenarnya mending beli di mana? Di web Eurail.com atau lewat agen yang ada di Indo?
Jawabannya : beli di mana pun sama saja. Bedanya, kalau pembayaran di web Eurail itu dihitung pakai Euro dan udah pasti kamu harus bayar pakai credit card, sedangkan di agen Indo itu kamu bisa transfer pakai rupiah ke rekening mereka (BCA atau Mandiri) sesuai dengan kurs yang mereka kasih. Soal harga, kalau dihitung-hitung, total akhirnya hampir sama koq. Mungkin kalau dilihat harga yang tertera di web-nya saja itu lebih murah yang agen Indo punya, tapi harga dari agen Indo belum termasuk ongkos booking sebesar 5 Euro per-tiket, dan ini juga berlaku setiap kita mau booking seat untuk kereta-kereta yang perlu reservasi. Sedangkan harga yang tertera di web Eurail itu sudah termasuk pajak, dll, yang belum termasuk hanya ongkir saja. Ongkirnya murah koq kalau yang standard (2 minggu), kalau mau yang ekspress barulah lebih mahal.

Bisa ngga sih beli Eurail Pass langsung di Eropa? 
Tidak bisa yah.. Eurail Pass harus dibeli diluar Eropa. Jadi perlulah diingat bahwa Eurail Pass ini harus dijaga baik-baik supaya tidak hilang, karena kalau hilang kita terpaksa harus beli tiket point to point yang notabene bakalan lebih mahal dibanding kalau kita pakai Eurail Pass, sayang banget kan..

Bagaimana cara menggunakan Eurail Pass?
Setelah sampai di Eropa, pass ini harus diaktifkan terlebih dahulu. Lebih baik sih diaktifkan pada hari kita mau pakai biar tidak buang-buang hari. Kami pribadi tidak menggunakan pass ini selama kami berada di Paris hari pertama dan kedua, hari ketiga barulah kami berencana menggunakannya untuk pergi ke Strassbourg. Tapi bodohnya, karena kami terlalu hati-hati, jadi semua passport kami tinggal di koper di apartment dan kami hanya bawa copy-annya saja sedangkan untuk mengaktifkan pass ini haruslah pakai passport. Batal sudah rencana menikmati indahnya kota Strassbourg. Jadi harus diingat yah, kalau mau mengaktifkan Eurail Pass itu HARUS bawa passport.

Worthed ga yah pakai Eurail Pass ini?
BANGET! Saya bilang worthed karena global pass yang saya gunakan ini mengcover hampir 95% ongkos transport kami. Di beberapa kota, salah satunya Zurich, pass ini bahkan bisa digunakan untuk kereta dalam kota. Tapi untuk kereta-kereta yang memerlukan reservasi, pass ini berlum termasuk biaya reservasi. Biaya reservasi itu sendiri berbeda-beda, tergantung dari jenis kereta, kelas, dan seberapa jauh trip yang akan kita tempuh.

Berikut adalah rincian biaya reservasi selama kami di Eropa :
- Paris to Zurich | TVG Lyria - 35 Euro/ org 2nd class
- Zurich to Milan | Euro City - 16 CHF/ org 1st class
- Milan to Rome | Frecciarossa 20 CHF/ org 1st class
- Rome to Munich | EuroNight 57 Euro/ org sleeper 1 kamar 4 org
- Koln to Amsterdam | ICE 5 Euro/ org 1st class (ini sebenarnya ga perlu booking, tapi saya booking biar fix tempat duduknya)
Selain kereta-kereta di atas, saya juga naik kereta untuk ke Lucerne, Engelberg, Interlaken, Spiez, Den Haag, Eindhoven, Zwolle tanpa booking, jadi bisa langsung naik dan duduk di gerbong sesuai dengan kelasnya.

Setiap kali naik kereta, kita harus isi 'journey details' yang ada di bawah tiket, tanggal berapa, jam berapa, naik kereta darimana kemana. Nanti kalau ada petugas yang periksa, kita tinggal tunjukin aja Eurail pass kita dan nanti dia akan kasih cap di samping kolom yang kita tulis. Tapi kenyataan sih ga semua petugas ngecek  dan kasih cap juga sih. Rata-rata mereka cuma cek kita punya tiket atau tidak dan apakah tempat duduk kita sesuai dengan kelasnya atau tidak. That's all.

Journey detail yang harus diisi tiap naik kereta


Tentang reservasi
Bagaimana kita tahu apakah kereta yang akan kita tumpangi itu perlu reservasi atau tidak? Semuanya bisa di cek di timetable yang ada di web Eurail.com atau kalau mau gampang, bisa download aplikasinya di Android/ IPhone : Rail Planner. Cara cek-nya, coba aja masukin kota asal dan kota tujuan kita, (misalnya Paris to Zurich), tanggal dan jam berangkat, then 'find route'.

Contoh pencarian rute kereta

Nanti muncul tuh jadwal-jadwal kereta yang sesuai dengan yang kita cari. Nah di ujung kanan jadwal itu akan ada tulisan 'R' yang dilingkari dengan lingkaran hijau dan yang dilingkari dengan garis putus-putus. 'R' dengan lingkaran hijau artinya harus melakukan reservasi sedangkan  'R' dengan lingkaran putus-putus artinya bisa reservasi dan bisa juga tidak. Tapi kalau misalnya kita tidak reservasi dan tiba-tiba nanti ditengah-tengah ada orang yang reservasi untuk seat yang sedang kita duduki, mau ga mau kita harus pindah. Saran saya sih untuk amannya mending reservasi saja, karena ngga enak banget kan kalau lagi enak-enak duduk di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba kita harus pindah kursi.

Contoh jadwal kereta

Cara reservasi?
Ada 2 cara untuk melakukan reservasi, yaitu via web dan on the spot di ticket office yang ada di setiap statiun. Nah berhubung saya beli Eurail Pass nya lewat agen di Indo, jadi saya harus reservasi melalui agen tersebut dan juga kena biaya booking sebesar 5 Euro per ticket, lumayan banget kan, 5 Euro per tiket dikali 4 orang sudah 20 Euro, mending buat beli makanan. Kalau kita beli Eurail Pass nya langsung di web-nya Eurail.com, kita bisa reservasi langsung melalui webnya. Reservasi/ booking seat bisa dilakukan dari 2 minggu sebelum jadwal keberangkatan. Tapi perlu diingat, kalau sudah melakukan reservasi, berarti jam keberangkatan kita udah fix hari itu dan jam itu.

Kami pribadi, kami tidak melakukan reservasi apapun sebelumnya. Jadi semua reservasi kami lakukan tepat pada saat kami akan berangkat saja. Lebih aman karena ngga mungkin akan ketinggalan kereta, cuma agak deg-deg an aja setiap kali mau reservasi, takut keretanya udah penuh. Seperti ketika kami hendak ke Rotterdam dari Koln. Rencananya sih naik Thalys, biar sampe ke Rotterdamnya ga terlalu malem dan juga ngga perlu ganti kereta, tapi karena semua seat udah full booked, akhirnya kami naik ICE yang ternyata biaya bookingnya jauh lebih murah dibanding Thalys - happy banget!!

Review kereta
Dari semua kereta yang kami tumpangi selama di Eropa, menurut saya yang paling nyaman dan servicenya memuaskan adalah Frecciarossa rute Milan to Rome. Kami dapat seat berempat dengan meja di tengah-tengah. Bangkunya comfy banget, selain itu kami juga dapat snack dan expresso gratis (kereta lain ga dapat loh). Untuk anak-anak, mereka juga menyediakan children kit yang isinya kertas bergambar untuk diwarnai, pencil warna, mainan kartu, snack, dan jus. Nomor 2, saya suka ICE Munich - Koln dan Koln - Amsterdam Schiphol. Bukan karena saya pecinta all about Germany yah :), tapi ICE ini memiliki ruang duduk yang lebih besar dibanding kereta yang lain, jadi enak duduknya, lega.

Yang menurut saya kurang enak adalah TVG Paris - Zurich. Mungkin pengaruh juga karena pilih yang kelas 2, jadi tempat duduknya sempit. Karena 1st class nya mahal booo!! 45 Euro per seat. Kelas 2 nya saja 35 Euro per set dan untuk ukuran kelas 2 dan kondisi kereta, harga segini itu ga worthed banget! Ga ngerti dah apa yang bikin harganya sebegitu mahal, karena dibanding kereta lain yang jauh lebih bagus, harga booking seatnya malah lebih murah. ICE Munich to Koln is only 5 Euro for 1st Class, lebih murah dan lebih bagus.

Sebagai penutup, beberapa tips dari saya jika mau keliling Eropa dengan kereta adalah :
1. Susun itinerary lengkap dengan jadwal keretanya.
2. Buat second plan untuk jadwal kereta, jaga-jaga kalau misalnya kereta penuh atau ketinggalan kereta, jadi kita ga usah panik karena udah ada option lain.
3. Kalau kita mau booking seat di ticket office yang ada di statiun, datanglah ke statiun lebih awal 1,5 jam sampai 45 menit sebelum keberangkatan. Jaga-jaga kalau ternyata kita harus muter statiun untuk mencari dimana si ticket office-nya dan juga kalau misalnya harus ngantri pas mau booking seat.
4. Kalau udah punya jadwal fix yang kamu rasa bisa kamu penuhi semuanya, bisa booking seat terlebih dahulu lewat web Eurail.com (kalau beli langsung di webnya) atau lewat agen (kalau beli di agen). Booking seat di aplikasi Rail Planner juga bisa, tapi terbatas alias ga semua kereta bisa di booking lewat aplikasi.
5. Ketika mau naik, perhatikan petunjuk di setiap rel atau kalau di Swiss dan Jerman disebut 'Gleis'. Nah di petunjuk itu bisa dilihat kelas 1 atau 2 itu di line A, B, C, atau D. Jadi kalau ditulis kelas 1 di line D, jangan nunggu di line A atau masuk gerbong lewat line A, nanti kamu harus jalan jauh di dalam kereta untuk menuju line D. Kebayangkan ngelewatin barisan seat-seat yang ngga terlalu besar sambil geret koper. Jadi petunjuk harus selalu diperhatikan yah..
6. Di beberapa kereta seperti ICE, ada gerbong khusus yang mengharuskan penumpangnya untuk tenang. Kalau bawa anak-anak, mending jangan pilih gerbong tersebut karena nanti kalau berisik, kamu bisa diomelin sama penumpang lain.
7. Yang terakhir, ingatlah selalu, jangan sampai Eurail Pass kamu hilang, karena ini penting banget dan kamu ngga bisa beli lagi ketika kamu sudah berada di Eropa. Mungkin saja ada agen-agen tour yang jual, tapi kalau official office yang di statiun itu ngga jual Eurail Pass. Lagipula sayang banget kan kalau harus keluar uang lagi buat beli tiket baru.

So.. happy travelling guys!

☺☺☺








Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Bicara soal Paris, yang ada di pikiran saya adalah, woww.. one of the beautiful city in the world. Banyak orang yang suka sekali ke Paris, termasuk artis dan model2 dunia sana. Dan bisa pergi ke Paris (lebih tepatnya sih bisa balik lagi ke Eropa) buat saya adalah seperti one of my dreams come true.

Well... mungkin sama seperti orang-orang lain yang juga bepergian dengan ala koboy atau istilah kerennya backpacker, sebelum pergi saya juga sibuk cari sebanyak-banyaknya info tentang negara/ kota-kota yang akan saya kunjungi. Apalagi saya pergi bawa 2 bocah, jadi harus sedikit lebih detail dibanding dengan kalau saya pergi sendiri. Kalau sekarang sih cari infonya ga sesusah dulu, karena udah banyak banget yang ngepost tentang backpacker-an, salah satunya adalah di group FB yang saya follow yaitu Backpacker International. Lengkap banget di sana, dari transport, hotel, makanan, tujuan wisata, dll ada di sana asalkan kita ngga males baca, karena semua info tsb berupa sharing2 dari orang-orang.

The Bronx in Paris

Setelah melewati segala rintangan dari aiport menuju ke apartment, perjalanan kami di Eropa pun siap dimulai. Angin dingin kembali terasa ketika kami menapakkan kaki kami di luar gedung apartment. Masih 13 derajat Celcius dan saat itu sekitar pukul 2 siang. Menurut itinerary yang saya buat, tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah The Sacre-Coeur Basilica Montmartre yang terletak di bukit Montmartre yang merupakan titik tertinggi kota Paris. 

Menurut 'kamus pintar' saya, dari Belleville, kami harus naik Metro M2 ke Stasiun Anvert. Dari apartment kami ke stasiun Metro Belleville sangatlah dekat. Keluar dari kawasan apartment tinggal jalan kira2 200m sudah langsung kelihatan lambang Metronya. Sembari melangkah ke sana, saya memperhatikan sekeliling saya. Menurut saya tempat ini kurang tepat kalau disebut sebagai China Town. This place makes me feel like i was in the Bronx. Saya inget lagi kata-kata driver taksi tadi bahwa daerah itu adalah daerah pendatang dan bukan daerah elite, jadi ya udah terima aja.

Sebenarnya saya juga sudah tahu kalau di Perancis itu banyak orang kulit hitam dan sebagian dari mereka mempunyai kewarganegaraan Perancis. Sebut saja pemain sepakbola Paul Pogba atau  Bacary Sagna. Tapi bagaimana awalnya mereka bisa tinggal di Perancis atau migrasi ke Perancis, itu yang membuat saya penasaran.

Kata temen saya yang sudah tinggal di sana, sejarahnya adalah ketika jaman perang dulu, Perancis porak poranda dan banyak kehilangan penduduknya dalam perang. Karena itulah kemudian mereka membawa orang-orang dari negara-negara yang mereka jajah yang mostly adalah negara-negara di Afrika untuk masuk dan membangun kembali Perancis. Lalu orang-orang tersebut membawa serta keluarganya untuk tinggal di Perancis. Nah, jadilah Perancis seperti sekarang ini. Tapi temen saya bilang, tidak perlu takut pada mereka, karena rata-rata mereka baik koq, justru yang terkenal yang suka nyopet itu adalah orang kulit putih yang berpenampilan seperti gelandangan/ gipsy.

Transportasi di Paris

Selama berada di Paris 3 hari, saya mencatat semua jalur Metro yang harus kami tumpangi untuk mencapai lokasi tujuan kami. Kenapa saya memilih untuk naik Metro? Yahh karena saya baca-baca dan ada ungkapan yang katanya 'Kalau ke Paris tidak lengkap kalau kita tidak mencoba naik Metro Paris,' nahhh.. penasaran-lah saya. Tapi kalau dipikir-pikir, setelah saya sendiri mencoba naik Metro, saya menyimpulkan bahwa orang senang naik Metro karena lebih mudah dijangkau dan lebih cepat. Tapi untuk Metronya sendiri, hmmm.. masih kalah bagus sih sama MRT di Singapore kalau menurut saya.

Source : Google

Lalu selain Metro, adakah transportasi lain. Tentu saja aja.

Jadi kalau bicara soal transportasi umum di Paris, pertama kita harus tahu kita mau kemana aja, lalu tempat itu letaknya di daerah/ zona yang mana, dan yang terakhir tentu saja tiket apa yang harus  dibeli untuk transportasi umum di Paris.

Paris itu sendiri terbagi jadi 5 zone. Zone 1 adalah pusat kota dan hampir semua objek wisata Paris yang terkenal seperti Eiffel, Notre-Dame, Louvre Museum itu berada di zona ini. Versailles ada di zona 2, lalu Disneyland dan CDG Airport itu berada di zona 5. Untuk alat transportasi umum dalam kotanya sendiri juga ada beberapa macam. Selain Metro yang terkenal, tentu saja ada bus, lalu RER (train).

Untuk tiket tidaklah ribet, karena satu tiket itu bisa mencakup semua transport, yang membedakan hanyalah zona dan masa berlaku tiketnya. Jadi kalau mau beli tiket transport bisa disesuaikan dengan tempat-tempat kemana kita mau pergi.  Kalau cuma mau liat menara Eiffel, Arc de Triomphe, Notre-Dame gitu-gitu sih ga perlu beli tiket yang mencakup 5 zona. Dan untuk kami, saya memilih tiket single, namanya t+ ticket yang hanya mencakup zona 1 saja dengan harga 14,90 Euro  untuk 10 tiket. Sedangkan kalau beli satuan, harganya 1,90 Euro. Harga tiket dewasa dan anak-anak (6-12 tahun) tidaklah sama. Tiket anak-anak harganya lebih murah 50% dari tiket orang dewasa, sedangkan untuk anak di bawah 6 tahun, ngga perlu beli tiket apapun alias masih gratis.

Metro ini sistemnya sama kaya di Singapore, selama kita ga keluar stasiun Metro, kita bisa bebas naik turun Metro kemana pun. Nah tiket ini jangan sampe ilang karena akan dipake ketika kota mau keluar stasiun Metro. Untuk jelasnya tentang pilihan tiket dan transportasi di Paris bisa lihat diSINI. Dan kalau mau naik Metro, bisa lihat jalurnya di web parisbytrain.com.

Sedikit cerita, sewaktu saya hendak membeli tiket di salah satu mesin yang berjejer di depan pintu masuk Metro, tiba-tiba seorang pria muda berkulit hitam menghampiri saya dan menawarkan tiket Metro. Dia bilang tiket yang dia jual sama saja dengan tiket yang dijual di mesin. Saya sudah menolak, tapi ini orang agak maksa. Sempet sebenernya tergoda untuk beli tiket dari dia tapi mengingat pepatah, "JANGAN PERCAYA BANTUAN ORANG ASING DI PARIS," akhirnya saya tetap menolak dan beli tiket dari tourist information saja biar ga salah.

Kurang Ramah Anak & Disable

Ketika saya tiba di depan papan bertuliskan Belleville dengan lambang metro di sampingnya, saya hanya melihat tangga biasa, tidak ada eskalator ataupun petunjuk tentang adanya lift. Lalu saya bertanya-tanya dalam hati, masa sih untuk kota sebesar Paris yang secara di Eropa, ngga menyediakan fasilitas lift atau setidaknya eskalator untuk turun/ naik di statiun Metro. Gimana ceritanya dengan orang-orang yang bawa stroller seperti kami ini atau orang-orang yang menggunakan kursi roda. Karena penasaran, turunlah saya duluan ke bawah dengan harapan bisa menemukan lift. Tapi setelah lihat kanan kiri dan akhirnya bertanya ke seorang wanita yang juga bawa stroller yang sepertinya adalah imigran dan dia bilang kalau dia menurunkan strollernya dengan cara di angkut, then pupus lah harapan saya menemukan lift untuk turun ke bawah. Damn!!

Source : Google

Cukup perlu tenaga untuk mengangkat turun stroller tandem plus si boy yang duduk di sana. Kebayang dah hari-hari berikutnya harus dimulai dengan mengangkat turun dan naik stroller ke statiun Metro. Duhh, moga-moga cuma di sini aja yang ngga ada lift/ eskalator, saya berharap dalam hati. Tapi ternyata... di stasiun Metro Anvers pun tidak ada lift atau eskalator, yang ada cuma tangga dan yang ini malahan lebih parah dibanding di Belleville. Kalau di Belleville tangganya pendek dan cuma satu doang, di Anvers ini tangganya tinggi dan ada 2, naik lagi! Yahh.. apa boleh buat, itung-itung gantiin kelas body pump-nya koko Randy aja deh dibanding ngeluh, toh ngeluh ga nolong sama sekali.

Saya menilai kalau Paris kurang ramah anak/ disable adalah karena dari semua statiun Metro yang kami singgahi, hanya ada SATU statiun yang memiliki lift yaitu Bir-Hakeim yang merupakan stasiun dekat menara Eiffel. Jadi kalau bawa stroller, saran saya sih jangan naik Metro, kecuali kalau mau gotong turun naik. Mending naik bus saja. Tidak apa-apa lama sedikit, tapi kan lebih enak tinggal dorong stroller masuk ke dalam bus.

Nah, singkat cerita, akhirnya pada malam pertama itu kami memutuskan untuk naik bus pulang ke apartment dari Hotel de Ville. Untuk petunjuk nomor bus/ metro saya selalu melihat dari Rome2Rio. Ada aplikasinya juga, jadi lebih gampang kalau mau dipakai dibanding harus buka browser dulu. Sumpah, aplikasi ini membantu banget. Lengkap banget penjelasannya dan dia juga bisa nge-link sama Google Map. Jadi kalau misalnya saat ini kita ada di Notre-Dame dan mau naik bus di Hotel de Ville, kita harus jalan ke arah mana untuk bisa ke Hotel de Ville itu bisa kita liat. Helpful banget pokoknya.

Lanjut, setelah menunggu sekitar 20 menit, datanglah bus yang harus kami tumpangi. Cukup lama putar-putar, akhirnya sampai juga di Belleville. Sayangnya dari halte bus Belleville ke apartment kami itu harus jalan lagi sekitar 15 menit. Kami tiba di halte Belleville itu  sekitar jam 10 malam dan hari baru saja berubah menjadi gelap. Sebenarnya jalan tidak apa-apa, tapi karena di sana daerahnya cukup menyeramkan plus kurang penerangan, jadi kami berjalan dengan perasaan was-was alias parno. Kapok deh pulang malam-malam naik bus, next kalau mau pulang naik bus kayanya harus kalau hari masih terang deh.

Expectation vs Reality

Paris is one of the most beautiful city in the world. Well.. it could be yes and it could be not.

Sewaktu saya cari-cari apartment buat di Paris, pilihan saya ada 2, Belleville dan Montmartre. Karena ngga ngerti tentang daerahnya, akhirnya saya tanya sama teman saya yang tinggal di Paris, "Sis, Belleville sama Montmartre mending mana?" Lalu dia bilang, "Belleville itu Chinatown, banyak resto asia dan toko asia, Montmartre kawasannya lebih elite sih tapi jalannya turun naik,". Waktu dia bilang begitu, saya langsung menjatuhkan pilihan saya ke Belleville, karena saya pikir kalau jalannya naik turun, repot juga kalau bawa stroller kan. Lagian kalau di Chinatown, kita ngga perlu takut ngga bisa makan, itulah harapan saya. Tapi kenyataannya, Belleville jauh dari bayangan saya, tapi untungnya apartmentnya nyaman dan letaknya strategis.

Begitu kami tiba di Montmartre - setelah menggotong naik stroller tandem plus si boy - barulah saya 'ngeh' dengan kata elite yang teman saya bilang itu. Apalagi ketika kami berada di daerah Montparnasse, woww.. beda banget dengan di Belleville. Lingkungannya, tata kotanya, bangunannya,  jalanannya, orang-orangnya. Kami menyusuri daerah itu jalan kaki hingga ke Notre-Dame dan di sinilah baru saya bisa bilang : Paris is a beautiful city.

Source : Google


Hari kedua, teman saya mengajak kami berjalan menyusuri Champ Elysees yang terkenal dengan toko-toko middle-high nya di sepanjang jalan. Daerah ini pun cantik. Sesekali saya melihat ada polis berjaga-jaga di beberapa sudut. Teman saya bilang bahwa saat ini setiap daerah-daerah wisata di Paris dijaga ketat oleh polisi berseragam maupun polisi dengan pakaian preman. Yah sudah sewajarnya sih karena Paris kan memang terkenal dengan copetnya yang ganas. Ciri-ciri copet yang temen saya bilang adalah, berpakaian seperti gipsy dan berpura-pura nawarin sesuatu, dan begitu kita tertarik, langsung deh teman-teman si copet itu datang ngerempuk. Sasaran utamanya adalah turis Asia. Kenapa? Karena mostly turis Asia itu selalu membawa uang cash, sedangkan turis eropa tidak suka bawa cash. Jadi saran buat yang mau ke Paris, lebih baik ngga usah bawa uang cash banyak2. bawa saja secukupnya, sisanya kita bisa bayar pake kartu kredit.

Satu hal yang membuat Paris kurang enak dilihat adalah banyaknya 'gelandangan' yang berkeliaran di jalan. Mereka tidak segan untuk ngemis pada tiap orang yang mereka temui. Dan parahnya, beberapa dari mereka bahkan tidur di jalanan seperti di bangku yang ada di trotoar ataupun di dalam box telepon umum. Untuk kota seterkenal Paris, saya pikir seharusnya tidak seperti itu. Hal ini terjadi pastilah ada penyebabnya. Lalu teman saya bilang, kalau di Paris itu ternyata para gelandangan yang tidak punya pekerjaan itu diberi uang tunjangan oleh pemerintah. Pantas saja mereka lebih milih untuk jadi gembel dibanding bekerja, karena kalau mereka kerja, pemerintah tidak akan kasih tunjangan lagi.

Kalau ditanya, maukah saya balik lagi ke Paris?? Tentu saja saya mau, tapi next time, mungkin saya akan lebih mengeksplor keluar kota Paris, seperti Colmar, Strassbourg, Lourdess,  Annecy, dll.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
After 16 hours on flight, 2 times transit in SG and Abu Dhabi, then we finally arrived in Paris 08.00 in the morning with surprising temperature, 13 degree celcius.

"Hah.. 13 derajat?" kata si boss sesaat setelah pesawat kami mendarat.

Saya ga langsung menanggapi, hanya dalam hari saya berkata, ah masa sih, mungkin itu suhu waktu masih di atas sebelum turun. Tapi semuanya segera terjawab begitu kami keluar dari pesawat. Brrr... angin dingin langsung terasa menusuk dada saya yang saat itu hanya menggunakan t-shirt yang tipis. Saya segera menutup jaket saya dan memakai syal. Sambil gendong si boy, saya pun buru-buru berlari ke dalam bus yang telah menunggu kami tidak jauh dari pesawat.

"Gila nih sedingin ini, kita salah bawa baju ini sih," ujar salah seorang penumpang asal Indonesia yang lain yang kebetulan turun dari pesawat bareng sama saya. Dalam hati saya bilang lagi, bener ini sih salah bawa kostum, karena baju yang kami bawa itu rata-rata baju musim panas berbahan tipis. Soalnya pas mau packing itu saya konfirmasi dulu sama tante saya yang ada di Belanda, tanya keadaan dan cuaca di sana, dan dia bilang bawa baju biasa aja, jaket ga usah yang tebel karena udah mulai panas. Tapi ternyata... moga-moga nanti agak siang suhu udara akan naik dan naik, yah setidaknya 20-25 derajat lah.

Masuk ke gedung airport, berasa agak hangat, tapi lupakanlah soal cuaca karena sekarang saatnya ngantri di imigrasi. Cukup panjang antriannya, tapi yang melegakan adalah inigrasi Paris tidak seseram imigrasi Singapore. Mereka tidak banyak tanya-tanya, bahkan tidak tanya apa-apa, cuma lihat passport, cocokin muka, cap, dan kita boleh pergi. Simple banget kan?? Beda banget sama pas kemarin saya transit di Singapore. Karena beda pesawat jadi kami harus keluar dan melewati imigrasi. Melewati imigrasi Singapore berarti harus mengisi departure card dan karena status kami cuma transit, jadi saya tidak mengisi hotel di mana kami akan menginap karena memang tidak akan menginap. Tapi entah kenapa itu dipermasalahkan oleh si petugas, dia bilang dengan ketusnya bahwa saya seharusnya mengisi nama hotel dengan terminal di mana nanti saya akan berangkat. Nah.. yang begini memangnya saya tahu? Petunjuk mengenai hal ini pun tidak ada sama sekali!! Ya sudahlah, kalau diingat lagi jadi bete sendiri, yang sudah berlalu biarkanlah berlalu.

Lolos dari imigrasi, kami pun segera mengambil bagasi kami. Dan begitu saya mendapatkan koper saya yang besar, omg, gembok koper saya hilang. Tapi koper masih dalam keadaan tertutup. Saya langsung  membuka koper saya dengan rasa cemas. Bukan cemas karena takut kehilangan barang, tapi cemas karena takut ada yang masukin barang terlarang ke dalam koper saya. Tapi Puji Tuhan, koper saya aman. Tarik nafas legaaa.. Next adalah saya harus membeli SIM CARD. Ini penting banget mengingat paket dari Indo itu mahal sedangkan kita perlu banget internet buat lihat jadwal kereta ataupun lihat Google Map.

Sebelum saya berangkat, saya sudah banyak baca-baca tentang Sim Card ini. Awalnya atas rekomendasi beberapa orang, dari beberapa option, pilihan saya jatuh pada Java Sim Card. Java Sim Card ini mencakup sekitar 45 negara Eropa dan menawarkan jumlah kuota yang beragam, mulai dari 1GB - 10GB. Harganya pun beragam, untuk yang 1GB itu 300rb dan yang termahal 10GB adalah 1,4jt. Kartu ini hanya bisa digunakan untuk internet, berlaku 30 hari dari tanggal pengaktifan, dan bisa digunakan untuk Tethering. Kemrin itu saya berencana untuk beli kuota yang 3GB dengan harga 650rb. Tapi pas mau order, ternyata seluruh SIM Card untuk Eropa dengan sold out dan belum tahu lagi kapan akan restock. Akhirnya saya coba search dari sharing orang-orang di grup backpacker international dan dapet rekomendasi tentang Orange Holiday Sim Card dan Vodafone. Perbedaan diantara keduanya adalah kuota, masa aktif, dan negara asal simcard tsb. Orange itu dari Perancis, memiliki masa aktif 15 hari dengan kuota 10GB dan harganya 39,99 Euro atau sekitar 675rb, ini jauh lebih murah dibanding kalau saya beli Java Sim Card karena kalau Java kan yang kuota 10GB itu hargnya 1,4jt. Sedangkan Vodafone itu dari Belanda. Kuotanya lebih sedikit dari Orange, tapi harganya kalau dihitung-hitung kurang lebih sama dengan Orange. Tapi berhubung saya masuk di Paris dan need internet as soon as posible, jadi saya beli Orange Sim Card saja yang lebih mudah di dapat. Untuk pembelian Orange Sim Card di bandara CDG, kalau di terminal 2, setelah keluar, berjalanlah ke kiri sekitar 300m di sana ada mini market namanya RELAY. Hanya tinggal bilang saja sama yang jaga cashier kalau kita mau beli Orange Sim Card, mereka sudah paham koq. Lalu kita hanya tinggal mengikuti petunjuk aktivasinya saja.

Orange Holiday SIM CARD

Selesai masalah SIM CARD, hal selanjutnya adalah transportasi menuju ke apartment kami di Belleville. Waktu saya masih di Indo, saya sudah mempelajari bagaimana caranya dari airport menuju apartment kami. Saya juga sudah tanya host saya dan juga teman saya yang kebetulan tinggal di Paris. Ada 3 alternatif, yang pertama adalah naik train ke Gare du Nord and then sambung naik Metro ke Belleville. It seems easy but temen saya bilang dari stasiun trainnya Gare du Nord ke stasiun Metro-nya itu harus turun tangga. Sedangkan host saya menyarankan dari airport turun di stasiun Les Chatelles, tapi temen saya bilang Les Chatelles itu luar biasa padatnya dan banyak copet. Yang kedua adalah bus. Dari airport naik bus ke Opera (city), tapi dari opera ini ke BElleville harus naik bus lagi atau Metra 2x sambung, so skip buat bus. Yang terakhir adalah taksi. Sebenarnya ini adalah cara yang paling gampang dan yang justru paling saya hindari, karena yang pasti naik taksi di Paris itu muahaalll banget. Tapi balik lagi, setelah melihat keadaan kami sekarang yang butuh banget istirahat dan kayanya mustahil untuk angkat koper naik train dan nyambung lagi naik metro belum lagi cari alamat, wowww.. akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi saja.

Sama seperti di kota/ negara lain, setiap airport punya taksi corner atau tempat di mana kita bisa antri untuk naik taksi. Tapi beda sama di Jakarta atau Singapore, di Paris tidak ada antrian panjang di taksi corner, singkatnya, kita bisa naik taksi tanpa ngantri. Sayangnya pada waktu itu saya tidak tahu kalau taksi itu punya pengeculian dalam hal membawa penumpang anak-anak. Setahu saya, di Paris dan kota-kota lain di Eropa, anak-anak wajib untuk memakai carseat bila bepergian dengan mobil, jadi saya pikir itu juga berlaku untuk taksi. Bilanglah saya pada si petugas taksi bahwa saya perlu taksi dengan 2 buah carseat untuk ke Belleville. Si petugas taksi itu lalu mengontak seseorang dan dia bilang sama saya, kalau mau harganya 56 Euro atau sekitar hampir 1 juta kalau di rupiah kan.. woww kann... Tapi yah karena situasi dan keadaan akhirnya kami pun setuju untuk naik taksi dengan harga segitu.

Menunggu sekitar 10 menit akhirnya taksi kami datang. Berbeda dengan taksi-taksi pada umumnya yang berbentuk mobil sedan, taksi kami ini berupa minivan keluaran dari Mercedes. Seorang pria memakai jas kemudian turun dari tempat kemudi, dengan sigap dia langsung membukakan pintu mobil untuk kami setelah memasang carseat dan booster seat terlebih dahulu, lalu setelah kami masuk, dia mengangkut semua barang bawaan kami ke dalam mobilnya. Beda luar, beda juga dalamnya, taksi kami ini disebut sebagai family taksi, berkapasitas 6-7 orang penumpang dengan bangku yang berhadapan. Agak cemas sebetulnya saya karena si boy ini tidak biasa pakai carseat di mobil. Tapi puji Tuhan berkat gadget juga, kali ini dia tidak protes ketika didudukan dan diikat di carseat.




Taksi mulai melaju, mulailah perjalanan kami menuju downtown Paris. Surprise bahwa di paris pun ternyata macet dan driver taksi kami bilang bahwa di Paris ini memang selalu macet di jam-jam dan tempat-tempat tertentu.. hmm sama yah dengan di Indo :D Ngobrol punya ngobrol, ternyata driver kami yang berpenampilan necis ini berasal dari Kamboja dan sudah sekitar 8 tahun tinggal di Paris. Merasa sama-sama berasal dari Asia Tenggara, driver kami ini sedikit bercerita tentang Paris dan wilayah-wilayah yang harus diwaspadai. Dan ketika kami bilang bahwa kami akan tinggal di Belleville, dia bilang lebih baik agar kami berhati-hati jika mau naik Metro di daerah sana, karena itu bukan daerah elit, banyak pendatang dan sedikit rawan kejahatan. Hati saya jadi was-was mendengarnya, karena setahu saya, Bellevilla adalah China Town, tapi tentang daerahnya elit ayau bagaimana, saya tidak mengerti. 

Setelah sekitar 45 menit, akhirnya kami sampai di Belleville. Di tengah perjalanan tadi si boss bilang, bagus tadi ngga naik kreta, karena ternyata dari airport jauh juga. Memang agak jauh, menurut google pun, kalau pakai train dan sambung naik Metro itu perlu waktu sekitar 1 jam lebih. Kami sangat beruntung karena driver taksi kami sangat baik. Dia bahkan turun untuk menanyakan alamat apartment kami benar atau tidak dan setelah dia yakin benar dan tahu dimana tempatnya, barulah dia menurunkan barang-barang kami. Sekali lagi sebelum berpisah, dia meminta kami agar berhati-hati jika naik transportasi umum di daerah sana.

Awalnya tidak terbayang dengan apa yang driver kami katakan, tentang daerah pendatang dan bukan daerah elit, tapi setelah kami turun dan berjalan masuk ke halaman apartment kami, saya sedikit demi sedikit mulai mengerti. Daerah itu banyak pendatang terutama orang Timur Tengah dan Asia (makanya disebut China Town) dan memang daerah itu juga jauh dari kata elit bahkan menurut saya cenderung agak kumuh karena beberapa spot banyak sampah dan bau pesing. Hilang sudah bayangan saya tentang apartment yang nyaman dan tenang. Tapi tidak semuanya jelek, karena di sana banyak orang Asia, jadi ada banyak toko Asia dan Chinese restorant di dekat-dekat sana. Statiun metro Belleville dan Carefour berada tepat di depan apartment.

Sampai di depan gedung apartment saya, sedikit bersyukur karena gedung apartment saya sedikit lebih bagus dari gedung apartment sebelah. Host kami tidak ada di tempat karena harus bekerja pada hari itu, tapi dia sudah menitipkan kunci untuk kami di ruang pengurus apartment, sekaligus memberitahu kami pass code untuk masuk ke pintu utama, jadi ketia kami datang kami hanya tinggal mengambil kunci dan masuk ke apartment. Apartment kami terletak di lantai 6, jadi kami naik lift langsung ke lantai 6. Berasa lega karena apartment ini keamanannya bagus menurut saya. Masuk ke gedung harus pakai kode, dan untuk naik lift ke lantai yang kita tuju pun harus pakai kode atau pakai sensor yang menempel di kunci. Jadi ga sembarang orang bisa masuk kecuali dia punya pass code kita. Setibanyadi lantai 6, saya melihat hanya ada 2 pintu di sana. Satu kanan dan satu kiri dan semuaya bisa dijangkau hanya dengan beberapa langkah saja. Apartment kami adalah yang sebelah kanan. Awalnya waktu saya memasukkan kunci, saya mengalami kesulitan dalam membuka pintu, sampai sempet mikir 'waduh nih orang salah kasih kunci,' tapi ternyata pintu sulit terbuka karena cara membukanya yang salah, bukan kuncinya. Kekhawatiran saya semula terobati begitu saya akhirnya berhasil membuka pintu apartment sewaan kami. Saya pun menarik nafas lega. Apartment kami sangat nyaman, dengan penataan interior ala parisian chic. Tidak ada beda sama sekali dengan fot yang saya lihat di AirBnb sewaktu saya booking bahkan ini melebihi ekspektasi saya.





Apartment itu terdiri dari 3 kamar tidur, dengan 1 kamar mandi, ada ruang tamu yang jadi satu dengan ruang makan, lalu dapur yang hanya dipisahkan oleh meja bar yang terbuat dari kayu. Dan yang paling saya suka adalah, dapurnya lengkap banget, mulai dari alat masak sampai bumbu-bumbu dapur semua ada dan host saya memperbolehkan kami menggunakannya. Recommended banget deh pokonya hostnya. Hitung-hitungan sama si boss, secara keseluruhan mungkin luas apartment itu sekitar 100m2 dan semua tampak luas. Beda banget sama apartment 3 kamar tidur di Indo yang sering saya lihat, kanan kiri mentok. Di sini, bocah-bocah saya bahkan bisa main hide and seek. Dalam hati, kalau punya apartment kaya begini sih saya mau dah tinggal di apartment :)

Dan dimulailah petualangan kami...





Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Well..  who doesn't know AirBnB now a day??

Sejak launching hingga saat ini, AirBnB sukses menjadi salah satu situs penyedia akomodasi di dunia. Tidak seperti Booking atau Agoda yang menyediakan hotel, AirBnB ini menyediakan akomodasi berupa apartemen/ rumah/ vila milik perorangan dengan sistem sewa perhari.

Meskipun saya sudah lama mengetahui adanya situs ini dan sudah beberapa kali browsing-browsing, baru ketika ke Eropa kmrn saya menggunakan situs ini untuk akomodasi saya dan keluarga.

Alasan kenapa saya memilih menggunakan AirBnB dibanding situs lainnya adalah karena akomodasi yang  saya cari adalah apartemen. Dan kenapa saya lebih memilih apartemen ketimbang hotel adalah karena apartemen biasanya lebih luas, ada dapur, mesin cuci, dan harganya rata-rata lebih murah dibanding hotel.

AirBnB ini menawarkan 3 opsi :

1. Private Room
Satu kamar pribadi di sebuah apartemen dengan dapur bersama, ruang duduk bersama, dan WC bersama. Kadang ada juga sih yang private room with private bathroom, tapi kebanyakan untuk jenis private room itu kamar mandinya diluar kamar alias harus sharing dengan penyewa lain atau pemilik apartemen.

2. Share Room
Yang ini berbagi kamar dengan penyewa lainnya. Misalnya satu kamar ada 3 ranjang, kalau kita sendiri yang 2 nya itu orang lain. Enakan kalau misalnya pergi berdua atau bertiga dengan teman, kalau budget terbatas, bisa sewa tipe yang ini. Jatohnya kan lebih murah. Tipe ini sudah pasti dapur, ruang duduk, dan kamar mandi harus sharing.

3. Entire Apartment/ House
Kalau tipe ini berarti kita menyewa apartment secara keseluruhan. Jadi dalam 1 apartment itu yah cuma kita saja. Kalau untuk keluarga atau bepergian dengan banyak beberapa orang bisa sewa tipe yang ini. Tapi kalau yang bawa anak juga harus liat di peraturannya apakah si penyewa memperbolehkan anak kecil atau tidak. Karena pengalaman saya, waktu saya cari kmrn itu Ada beberapa apartment yang tidak menerima anak-anak.

penampakan apartment 3BR kami di Paris

Selain 3 opsi utama di atas, AirBnB ini juga dilengkapi dengan beberapa filter yang akan memudahkan kita untuk mendapatkan apartemen/ rumah yang sesuai dengan yang kita harapkan.

Filternya umum sih, serupa dengan situs penyedia akomodasi yang lain. Diantaranya :
- lokasi/ daerah
- tanggal check in & check out
- jumlah tamu
- jumlah kamar/ jumlah tempat tidur/ jumlah kamar mandi
- fasilitas (dapur, lift, free parking, dll)
- rentang harga (bisa diatur sesuai budget kita permalam)

Nah, mari bahas sedikit tentang filter-filter di atas..

- Lokasi/ daerah
Waktu saya cari apartment untuk 3 malam di Paris, saya dapat pelajaran yang berguna banget. Karena masih belum terlalu ngerti tentang jangkauan area si AirBnB ini, jadi sama masukan saja kata kunci 'Paris City' dan eng ing eng, banyak juga hasil yang keluar. Tapi ketika saya click satu persatu ternyata tidak semua apartment itu berada di pusat kota Paris. Banyak juga yang justru berada di suburb.

Kebetulan saya punya teman yang tinggal di Paris dan saya banyak bertanya pada dia tentang kota Paris dan dimana sebaiknya saya menginap. Dia bilang, kalau saya menginap di suburb, saya akan butuh sekitar 45-60 menit untuk sampai di kota dan menurutnya itu akan wasting time untuk wisatawan. Berbekal nama-nama daerah yang dia sebutkan, akhirnya saya ganti kata kunci dari Paris City menjadi daerah yang lebih spesifik, yaitu Montmartre. Barulah keluar apartment-apartment di daerah Montmartre dan sekitarnya. Jadi sejak itu saya tidak lagi memasukkan nama kotanya, tapi saya memasukkan nama daerah di mana saya ingin menginap.

- Tanggal Check In & Check Out
Hampir sama seperti hotel, harga dari sebuah kamar atau apartment juga mengikuti hari dan musim. Kalau weekend akan lebih mahal dari weekdays dan kalau lagi musim liburan seperti summer atau winter, akan lebih mahal dibanding ketika sedang low season.

Yang berbeda dari hotel adalah waktu check in dan check out-nya. Kebanyakan dari apartment yang saya lihat, mereka menetapkan waktu check in diatas jam 3 siang dan waktu check out paling telat jam 10 pagi. Nah karena kemarin saya tiba di Paris pagi hari (jam 9 pagi), saya cari apartment yang waktu check in-nya itu flexible, jadi bisa jam berapa saja. Nah kebanyak kalau yang flexible ini kita harus melakukan self check in, jadi check in sendiri tanpa ketemu si host, tapi nanti si host akan kasih tau kita dimana kita bisa ambil kunci kamarnya. Menurut saya ini malah lebih simple dibanding kalau kita harus ketemu si host dulu.

- Jumlah tamu
Untuk jumlah tamu ini harus diisi dengan jujur. Jadi kalau misalnya kita mau menginap 3 adults, 1 child, 1 infant, isilah seperti apa adanya, jangan hanya mengisi 3 adults saja. Karena biasanya harga yang keluar nanti akan mengikuti jumlah tamu.

isilah jumlah guest dengan benar

Bisa ngga cuma isi 3 adults saja, kan harganya jadi lebih murah?? Saya sih sarankan jangan, karena saya pernah baca, ada kejadian seperti itu dan akhirnya mereka ditolak oleh host-nya. Kalau sudah begitu kan makin repot dan justru akan keluar biaya lagi lebih besar.

Kalau misalnya apartment nya kapasitas 4 orang, tapi kita berlima termasuk infant nih satu, bisa ngga yah, karena infant kan tidurnya juga bersama dengan ortunya? Kalau seperti itu lebih baik tanyakan dulu sama hostnya, bisa tidak seperti itu, kalau sama hostnya boleh, berarti aman.

- Jumlah kamar tidur/ jumlah kamar mandi/ jumlah tempat tidur
Bisa disesuaikan dengan keinginan kita. Misalnya kita berlima, pilih yang 2 kamar atau yang 5 tempat tidur.

- Fasilitas
Saya memilih fasilitas dapur dan lift. Dapur karena saya berniat masak untuk anak-anak. Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga saja kalau anak-anak tidak cocok dengan makanan Eropa, yah selain untuk pengiritan juga sih :) Nah kalau lift, tidak semua bangunan apartment di Eropa punya lift. Kalau bangunan tua mereka tidak punya lift. Bisa kebayang kan kalau apartment yang kita tempatin itu berada di lantai 6 dan tidak ada lift ke atas sementara kita harus angkat koper. Jangankan lantai 6, lantai 3 saja sudah ngos-ngosan koq. Jadi pengalaman saya kmrn waktu di Roma, saya dapat kamar lantai 3 dan kebetulan sekali liftnya sedang rusak.

- Rentang harga
Ini bisa disesuaikan sesuai dengan budget kita perhari.

Terus gimana sih cara bookingnya AirBnB ini? Apakah aman?
Sebelum memesan sebuah kamar/ apartment, biasakan baca reviewnya dulu atau cari host yang sudah superhost. Menurut saya, baca review dari pengguna sebelumnya itu penting, karena kalau cuma berdasarkan deskripsi, kadang deskripsinya tidak lengkap.

Oh ya, untuk booking di AirBnb ini kadang ada kamar yang bisa langsung dibooking (instan booking) ada juga yang harus request dulu ke si hostnya. Nah kalau harus request dulu itu nanti dalam waktu 2x24 jam si host akan kasih jawaban apakah mereka nerima atau nolak kita.

Bisa tidak kalau bukti bookingan di AirBnB ini dipakai untuk minta visa?
Bisa koq. Ketika kita sudah booking, mereka akan kasih alamat yang lengkap berikut directionnya. Nanti juga kita akan dapat booking confirmation yang bisa diprint dari account AirBnB kita.

Tapi takut kalau visa ditolak gimana? Apakah uang akan hangus? 
Carilah tempat yang menerapkan sistem pembatalan flexible. Jadi kalau flexible ini, kita masih bisa cancel dalam waktu 24 jam sebelum tanggal kita menginap dan uang kita akan dikembalikan penuh kecuali service fee. Di AirBnB ini sendiri ada 3 sistem pembatalan, yaitu strict, moderate, dan flexible. Kalau strict itu uang kita hanya akan dikembalikan 50% kalau ada pembatalan dari kita dan kalau moderate, kita masih bisa cancel 2 minggu sebelum tanggal menginap dengan pengembalian penuh kecuali service fee.

jangan lupa baca info di atas yah

Pembayarannya gimana?
Untuk pembayaran sih sama seperti situs-situs lainnya yaitu dengan menggunakan kartu kredit. Tapi di AirBnB ini kita bisa pilih mau bayar full langsung atau mau bayar dulu setengah. Terus bisa juga harganya itu dibagi ke dalam jumlah tamu. Jadi misalkan 300 Euro, tamunya 3, jadi seorang 100 Euro begitu. Kalau kita pilih pembayaran setengah, biasanya pembayaran pertama dilakukan saat kita booking dan yang kedua itu 2 minggu sebelum kita menginap.

Hal lain yang HARUS kita perhatikan :
Waktu kita menginap, jagalah semua barang-barang milik host dengan baik, karena kalau ada yang rusak kita bakalan di denda. Kadang ada host yang minta uang jaminan di awal sewa, tapi ada juga yang tidak.

Lalu tinggalkan apartment dengan bersih dan rapi ketika kita check out. Jangan lupa buang sampah, cuci piring dan rapikan barang. Biasanya hal ini ditulis sama hostnya di dalam apartment berikut dengan cara check out. Mostly, we simply just left the key inside the room when we check out. Jadi ketika ada keluhan sesuatu dari si host, misalkan sampah tidak dibuang atau ada barang yang rusak, si host akan langsung lapor ke AirBnB dan kita akan dikenakan denda atau account kita diblokir.

Tulis review sejujur-jujurnya
Hal terakhir yang tampak sepele tapi sebenarnya penting yaitu tulis review tentang pengalaman kita menginap di tempat mereka. Tulislah yang jujur karena review kita ini akan sedikit banyak membantu calon pengguna lainnya.

--

Nah ngga sulitkan booking di AirBnB. Prinsipnya yah sama dengan situs penyedia akomodasi lainnya hanya ini berupa apartment. Ada yang punya pengalaman lain??


☺☺☺




Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Older Posts

About me

About Me

~ Mommy of two | Child of GOD ~


Travelling, it leaves you speechless the turns you into a storyteller

Follow Us

  • facebook
  • instagram
  • pinterest

POPULAR POSTS

  • Paduan Mengisi Formulir Aplikasi Visa Schengen
    Hai temen-temen yang mau apply visa Schengen... Seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, mengunduh dan mengisi formulir aplika...
  • Apply Sendiri Visa Schengen untuk Keluarga
    EROPA adalah benua yang bisa dibilang banyak dimintai orang-orang untuk berlibur. Banyaknya tiket promo dari airlines juga tour-tour murah ...
  • Semalam di Grand Mercure Bandung
    Berhubung saya orang Bandung, jadi walaupun saya suka ke Bandung tapi saya tidak pernah sekalipun menginap di hotel di Bandung. Dan Grand M...
  • Keliling Eropa dengan Eurail Pass
    Setelah memutuskan untuk pergi ke Eropa pada liburan musim panas lalu dan juga kebetulan mendapatkan tiket harga promo dari Etihad SIN - CD...
  • Metro Oh Metro...
    Salah satu tekad saya ketika saya berada di Paris adalah pengen keliling Paris dengan ala-ala Parisian. dan Metro adalah pilihan utama saya...
Copyright by. insidetheirbackpack. Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2018 (10)
    • ▼  October (1)
      • Metro Oh Metro...
    • ►  September (2)
    • ►  July (3)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
  • ►  2017 (5)
    • ►  August (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)

Categories

akomodasi eropa indonesia tips transportation travelling with kids visa

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates