Little Wanderer

facebook instagram pinterest
  • HOME
  • INDONESIA
    • Bali
    • Malang
  • ABROARD
    • Singapore
    • Japan
    • Paris
    • Switzerland
    • Rome
    • Netherland
  • VISA
  • ACCOMODATION
  • TRANSPORT
  • FOODIE
  • TIPS
After 16 hours on flight, 2 times transit in SG and Abu Dhabi, then we finally arrived in Paris 08.00 in the morning with surprising temperature, 13 degree celcius.

"Hah.. 13 derajat?" kata si boss sesaat setelah pesawat kami mendarat.

Saya ga langsung menanggapi, hanya dalam hari saya berkata, ah masa sih, mungkin itu suhu waktu masih di atas sebelum turun. Tapi semuanya segera terjawab begitu kami keluar dari pesawat. Brrr... angin dingin langsung terasa menusuk dada saya yang saat itu hanya menggunakan t-shirt yang tipis. Saya segera menutup jaket saya dan memakai syal. Sambil gendong si boy, saya pun buru-buru berlari ke dalam bus yang telah menunggu kami tidak jauh dari pesawat.

"Gila nih sedingin ini, kita salah bawa baju ini sih," ujar salah seorang penumpang asal Indonesia yang lain yang kebetulan turun dari pesawat bareng sama saya. Dalam hati saya bilang lagi, bener ini sih salah bawa kostum, karena baju yang kami bawa itu rata-rata baju musim panas berbahan tipis. Soalnya pas mau packing itu saya konfirmasi dulu sama tante saya yang ada di Belanda, tanya keadaan dan cuaca di sana, dan dia bilang bawa baju biasa aja, jaket ga usah yang tebel karena udah mulai panas. Tapi ternyata... moga-moga nanti agak siang suhu udara akan naik dan naik, yah setidaknya 20-25 derajat lah.

Masuk ke gedung airport, berasa agak hangat, tapi lupakanlah soal cuaca karena sekarang saatnya ngantri di imigrasi. Cukup panjang antriannya, tapi yang melegakan adalah inigrasi Paris tidak seseram imigrasi Singapore. Mereka tidak banyak tanya-tanya, bahkan tidak tanya apa-apa, cuma lihat passport, cocokin muka, cap, dan kita boleh pergi. Simple banget kan?? Beda banget sama pas kemarin saya transit di Singapore. Karena beda pesawat jadi kami harus keluar dan melewati imigrasi. Melewati imigrasi Singapore berarti harus mengisi departure card dan karena status kami cuma transit, jadi saya tidak mengisi hotel di mana kami akan menginap karena memang tidak akan menginap. Tapi entah kenapa itu dipermasalahkan oleh si petugas, dia bilang dengan ketusnya bahwa saya seharusnya mengisi nama hotel dengan terminal di mana nanti saya akan berangkat. Nah.. yang begini memangnya saya tahu? Petunjuk mengenai hal ini pun tidak ada sama sekali!! Ya sudahlah, kalau diingat lagi jadi bete sendiri, yang sudah berlalu biarkanlah berlalu.

Lolos dari imigrasi, kami pun segera mengambil bagasi kami. Dan begitu saya mendapatkan koper saya yang besar, omg, gembok koper saya hilang. Tapi koper masih dalam keadaan tertutup. Saya langsung  membuka koper saya dengan rasa cemas. Bukan cemas karena takut kehilangan barang, tapi cemas karena takut ada yang masukin barang terlarang ke dalam koper saya. Tapi Puji Tuhan, koper saya aman. Tarik nafas legaaa.. Next adalah saya harus membeli SIM CARD. Ini penting banget mengingat paket dari Indo itu mahal sedangkan kita perlu banget internet buat lihat jadwal kereta ataupun lihat Google Map.

Sebelum saya berangkat, saya sudah banyak baca-baca tentang Sim Card ini. Awalnya atas rekomendasi beberapa orang, dari beberapa option, pilihan saya jatuh pada Java Sim Card. Java Sim Card ini mencakup sekitar 45 negara Eropa dan menawarkan jumlah kuota yang beragam, mulai dari 1GB - 10GB. Harganya pun beragam, untuk yang 1GB itu 300rb dan yang termahal 10GB adalah 1,4jt. Kartu ini hanya bisa digunakan untuk internet, berlaku 30 hari dari tanggal pengaktifan, dan bisa digunakan untuk Tethering. Kemrin itu saya berencana untuk beli kuota yang 3GB dengan harga 650rb. Tapi pas mau order, ternyata seluruh SIM Card untuk Eropa dengan sold out dan belum tahu lagi kapan akan restock. Akhirnya saya coba search dari sharing orang-orang di grup backpacker international dan dapet rekomendasi tentang Orange Holiday Sim Card dan Vodafone. Perbedaan diantara keduanya adalah kuota, masa aktif, dan negara asal simcard tsb. Orange itu dari Perancis, memiliki masa aktif 15 hari dengan kuota 10GB dan harganya 39,99 Euro atau sekitar 675rb, ini jauh lebih murah dibanding kalau saya beli Java Sim Card karena kalau Java kan yang kuota 10GB itu hargnya 1,4jt. Sedangkan Vodafone itu dari Belanda. Kuotanya lebih sedikit dari Orange, tapi harganya kalau dihitung-hitung kurang lebih sama dengan Orange. Tapi berhubung saya masuk di Paris dan need internet as soon as posible, jadi saya beli Orange Sim Card saja yang lebih mudah di dapat. Untuk pembelian Orange Sim Card di bandara CDG, kalau di terminal 2, setelah keluar, berjalanlah ke kiri sekitar 300m di sana ada mini market namanya RELAY. Hanya tinggal bilang saja sama yang jaga cashier kalau kita mau beli Orange Sim Card, mereka sudah paham koq. Lalu kita hanya tinggal mengikuti petunjuk aktivasinya saja.

Orange Holiday SIM CARD

Selesai masalah SIM CARD, hal selanjutnya adalah transportasi menuju ke apartment kami di Belleville. Waktu saya masih di Indo, saya sudah mempelajari bagaimana caranya dari airport menuju apartment kami. Saya juga sudah tanya host saya dan juga teman saya yang kebetulan tinggal di Paris. Ada 3 alternatif, yang pertama adalah naik train ke Gare du Nord and then sambung naik Metro ke Belleville. It seems easy but temen saya bilang dari stasiun trainnya Gare du Nord ke stasiun Metro-nya itu harus turun tangga. Sedangkan host saya menyarankan dari airport turun di stasiun Les Chatelles, tapi temen saya bilang Les Chatelles itu luar biasa padatnya dan banyak copet. Yang kedua adalah bus. Dari airport naik bus ke Opera (city), tapi dari opera ini ke BElleville harus naik bus lagi atau Metra 2x sambung, so skip buat bus. Yang terakhir adalah taksi. Sebenarnya ini adalah cara yang paling gampang dan yang justru paling saya hindari, karena yang pasti naik taksi di Paris itu muahaalll banget. Tapi balik lagi, setelah melihat keadaan kami sekarang yang butuh banget istirahat dan kayanya mustahil untuk angkat koper naik train dan nyambung lagi naik metro belum lagi cari alamat, wowww.. akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi saja.

Sama seperti di kota/ negara lain, setiap airport punya taksi corner atau tempat di mana kita bisa antri untuk naik taksi. Tapi beda sama di Jakarta atau Singapore, di Paris tidak ada antrian panjang di taksi corner, singkatnya, kita bisa naik taksi tanpa ngantri. Sayangnya pada waktu itu saya tidak tahu kalau taksi itu punya pengeculian dalam hal membawa penumpang anak-anak. Setahu saya, di Paris dan kota-kota lain di Eropa, anak-anak wajib untuk memakai carseat bila bepergian dengan mobil, jadi saya pikir itu juga berlaku untuk taksi. Bilanglah saya pada si petugas taksi bahwa saya perlu taksi dengan 2 buah carseat untuk ke Belleville. Si petugas taksi itu lalu mengontak seseorang dan dia bilang sama saya, kalau mau harganya 56 Euro atau sekitar hampir 1 juta kalau di rupiah kan.. woww kann... Tapi yah karena situasi dan keadaan akhirnya kami pun setuju untuk naik taksi dengan harga segitu.

Menunggu sekitar 10 menit akhirnya taksi kami datang. Berbeda dengan taksi-taksi pada umumnya yang berbentuk mobil sedan, taksi kami ini berupa minivan keluaran dari Mercedes. Seorang pria memakai jas kemudian turun dari tempat kemudi, dengan sigap dia langsung membukakan pintu mobil untuk kami setelah memasang carseat dan booster seat terlebih dahulu, lalu setelah kami masuk, dia mengangkut semua barang bawaan kami ke dalam mobilnya. Beda luar, beda juga dalamnya, taksi kami ini disebut sebagai family taksi, berkapasitas 6-7 orang penumpang dengan bangku yang berhadapan. Agak cemas sebetulnya saya karena si boy ini tidak biasa pakai carseat di mobil. Tapi puji Tuhan berkat gadget juga, kali ini dia tidak protes ketika didudukan dan diikat di carseat.




Taksi mulai melaju, mulailah perjalanan kami menuju downtown Paris. Surprise bahwa di paris pun ternyata macet dan driver taksi kami bilang bahwa di Paris ini memang selalu macet di jam-jam dan tempat-tempat tertentu.. hmm sama yah dengan di Indo :D Ngobrol punya ngobrol, ternyata driver kami yang berpenampilan necis ini berasal dari Kamboja dan sudah sekitar 8 tahun tinggal di Paris. Merasa sama-sama berasal dari Asia Tenggara, driver kami ini sedikit bercerita tentang Paris dan wilayah-wilayah yang harus diwaspadai. Dan ketika kami bilang bahwa kami akan tinggal di Belleville, dia bilang lebih baik agar kami berhati-hati jika mau naik Metro di daerah sana, karena itu bukan daerah elit, banyak pendatang dan sedikit rawan kejahatan. Hati saya jadi was-was mendengarnya, karena setahu saya, Bellevilla adalah China Town, tapi tentang daerahnya elit ayau bagaimana, saya tidak mengerti. 

Setelah sekitar 45 menit, akhirnya kami sampai di Belleville. Di tengah perjalanan tadi si boss bilang, bagus tadi ngga naik kreta, karena ternyata dari airport jauh juga. Memang agak jauh, menurut google pun, kalau pakai train dan sambung naik Metro itu perlu waktu sekitar 1 jam lebih. Kami sangat beruntung karena driver taksi kami sangat baik. Dia bahkan turun untuk menanyakan alamat apartment kami benar atau tidak dan setelah dia yakin benar dan tahu dimana tempatnya, barulah dia menurunkan barang-barang kami. Sekali lagi sebelum berpisah, dia meminta kami agar berhati-hati jika naik transportasi umum di daerah sana.

Awalnya tidak terbayang dengan apa yang driver kami katakan, tentang daerah pendatang dan bukan daerah elit, tapi setelah kami turun dan berjalan masuk ke halaman apartment kami, saya sedikit demi sedikit mulai mengerti. Daerah itu banyak pendatang terutama orang Timur Tengah dan Asia (makanya disebut China Town) dan memang daerah itu juga jauh dari kata elit bahkan menurut saya cenderung agak kumuh karena beberapa spot banyak sampah dan bau pesing. Hilang sudah bayangan saya tentang apartment yang nyaman dan tenang. Tapi tidak semuanya jelek, karena di sana banyak orang Asia, jadi ada banyak toko Asia dan Chinese restorant di dekat-dekat sana. Statiun metro Belleville dan Carefour berada tepat di depan apartment.

Sampai di depan gedung apartment saya, sedikit bersyukur karena gedung apartment saya sedikit lebih bagus dari gedung apartment sebelah. Host kami tidak ada di tempat karena harus bekerja pada hari itu, tapi dia sudah menitipkan kunci untuk kami di ruang pengurus apartment, sekaligus memberitahu kami pass code untuk masuk ke pintu utama, jadi ketia kami datang kami hanya tinggal mengambil kunci dan masuk ke apartment. Apartment kami terletak di lantai 6, jadi kami naik lift langsung ke lantai 6. Berasa lega karena apartment ini keamanannya bagus menurut saya. Masuk ke gedung harus pakai kode, dan untuk naik lift ke lantai yang kita tuju pun harus pakai kode atau pakai sensor yang menempel di kunci. Jadi ga sembarang orang bisa masuk kecuali dia punya pass code kita. Setibanyadi lantai 6, saya melihat hanya ada 2 pintu di sana. Satu kanan dan satu kiri dan semuaya bisa dijangkau hanya dengan beberapa langkah saja. Apartment kami adalah yang sebelah kanan. Awalnya waktu saya memasukkan kunci, saya mengalami kesulitan dalam membuka pintu, sampai sempet mikir 'waduh nih orang salah kasih kunci,' tapi ternyata pintu sulit terbuka karena cara membukanya yang salah, bukan kuncinya. Kekhawatiran saya semula terobati begitu saya akhirnya berhasil membuka pintu apartment sewaan kami. Saya pun menarik nafas lega. Apartment kami sangat nyaman, dengan penataan interior ala parisian chic. Tidak ada beda sama sekali dengan fot yang saya lihat di AirBnb sewaktu saya booking bahkan ini melebihi ekspektasi saya.





Apartment itu terdiri dari 3 kamar tidur, dengan 1 kamar mandi, ada ruang tamu yang jadi satu dengan ruang makan, lalu dapur yang hanya dipisahkan oleh meja bar yang terbuat dari kayu. Dan yang paling saya suka adalah, dapurnya lengkap banget, mulai dari alat masak sampai bumbu-bumbu dapur semua ada dan host saya memperbolehkan kami menggunakannya. Recommended banget deh pokonya hostnya. Hitung-hitungan sama si boss, secara keseluruhan mungkin luas apartment itu sekitar 100m2 dan semua tampak luas. Beda banget sama apartment 3 kamar tidur di Indo yang sering saya lihat, kanan kiri mentok. Di sini, bocah-bocah saya bahkan bisa main hide and seek. Dalam hati, kalau punya apartment kaya begini sih saya mau dah tinggal di apartment :)

Dan dimulailah petualangan kami...





Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Well..  who doesn't know AirBnB now a day??

Sejak launching hingga saat ini, AirBnB sukses menjadi salah satu situs penyedia akomodasi di dunia. Tidak seperti Booking atau Agoda yang menyediakan hotel, AirBnB ini menyediakan akomodasi berupa apartemen/ rumah/ vila milik perorangan dengan sistem sewa perhari.

Meskipun saya sudah lama mengetahui adanya situs ini dan sudah beberapa kali browsing-browsing, baru ketika ke Eropa kmrn saya menggunakan situs ini untuk akomodasi saya dan keluarga.

Alasan kenapa saya memilih menggunakan AirBnB dibanding situs lainnya adalah karena akomodasi yang  saya cari adalah apartemen. Dan kenapa saya lebih memilih apartemen ketimbang hotel adalah karena apartemen biasanya lebih luas, ada dapur, mesin cuci, dan harganya rata-rata lebih murah dibanding hotel.

AirBnB ini menawarkan 3 opsi :

1. Private Room
Satu kamar pribadi di sebuah apartemen dengan dapur bersama, ruang duduk bersama, dan WC bersama. Kadang ada juga sih yang private room with private bathroom, tapi kebanyakan untuk jenis private room itu kamar mandinya diluar kamar alias harus sharing dengan penyewa lain atau pemilik apartemen.

2. Share Room
Yang ini berbagi kamar dengan penyewa lainnya. Misalnya satu kamar ada 3 ranjang, kalau kita sendiri yang 2 nya itu orang lain. Enakan kalau misalnya pergi berdua atau bertiga dengan teman, kalau budget terbatas, bisa sewa tipe yang ini. Jatohnya kan lebih murah. Tipe ini sudah pasti dapur, ruang duduk, dan kamar mandi harus sharing.

3. Entire Apartment/ House
Kalau tipe ini berarti kita menyewa apartment secara keseluruhan. Jadi dalam 1 apartment itu yah cuma kita saja. Kalau untuk keluarga atau bepergian dengan banyak beberapa orang bisa sewa tipe yang ini. Tapi kalau yang bawa anak juga harus liat di peraturannya apakah si penyewa memperbolehkan anak kecil atau tidak. Karena pengalaman saya, waktu saya cari kmrn itu Ada beberapa apartment yang tidak menerima anak-anak.

penampakan apartment 3BR kami di Paris

Selain 3 opsi utama di atas, AirBnB ini juga dilengkapi dengan beberapa filter yang akan memudahkan kita untuk mendapatkan apartemen/ rumah yang sesuai dengan yang kita harapkan.

Filternya umum sih, serupa dengan situs penyedia akomodasi yang lain. Diantaranya :
- lokasi/ daerah
- tanggal check in & check out
- jumlah tamu
- jumlah kamar/ jumlah tempat tidur/ jumlah kamar mandi
- fasilitas (dapur, lift, free parking, dll)
- rentang harga (bisa diatur sesuai budget kita permalam)

Nah, mari bahas sedikit tentang filter-filter di atas..

- Lokasi/ daerah
Waktu saya cari apartment untuk 3 malam di Paris, saya dapat pelajaran yang berguna banget. Karena masih belum terlalu ngerti tentang jangkauan area si AirBnB ini, jadi sama masukan saja kata kunci 'Paris City' dan eng ing eng, banyak juga hasil yang keluar. Tapi ketika saya click satu persatu ternyata tidak semua apartment itu berada di pusat kota Paris. Banyak juga yang justru berada di suburb.

Kebetulan saya punya teman yang tinggal di Paris dan saya banyak bertanya pada dia tentang kota Paris dan dimana sebaiknya saya menginap. Dia bilang, kalau saya menginap di suburb, saya akan butuh sekitar 45-60 menit untuk sampai di kota dan menurutnya itu akan wasting time untuk wisatawan. Berbekal nama-nama daerah yang dia sebutkan, akhirnya saya ganti kata kunci dari Paris City menjadi daerah yang lebih spesifik, yaitu Montmartre. Barulah keluar apartment-apartment di daerah Montmartre dan sekitarnya. Jadi sejak itu saya tidak lagi memasukkan nama kotanya, tapi saya memasukkan nama daerah di mana saya ingin menginap.

- Tanggal Check In & Check Out
Hampir sama seperti hotel, harga dari sebuah kamar atau apartment juga mengikuti hari dan musim. Kalau weekend akan lebih mahal dari weekdays dan kalau lagi musim liburan seperti summer atau winter, akan lebih mahal dibanding ketika sedang low season.

Yang berbeda dari hotel adalah waktu check in dan check out-nya. Kebanyakan dari apartment yang saya lihat, mereka menetapkan waktu check in diatas jam 3 siang dan waktu check out paling telat jam 10 pagi. Nah karena kemarin saya tiba di Paris pagi hari (jam 9 pagi), saya cari apartment yang waktu check in-nya itu flexible, jadi bisa jam berapa saja. Nah kebanyak kalau yang flexible ini kita harus melakukan self check in, jadi check in sendiri tanpa ketemu si host, tapi nanti si host akan kasih tau kita dimana kita bisa ambil kunci kamarnya. Menurut saya ini malah lebih simple dibanding kalau kita harus ketemu si host dulu.

- Jumlah tamu
Untuk jumlah tamu ini harus diisi dengan jujur. Jadi kalau misalnya kita mau menginap 3 adults, 1 child, 1 infant, isilah seperti apa adanya, jangan hanya mengisi 3 adults saja. Karena biasanya harga yang keluar nanti akan mengikuti jumlah tamu.

isilah jumlah guest dengan benar

Bisa ngga cuma isi 3 adults saja, kan harganya jadi lebih murah?? Saya sih sarankan jangan, karena saya pernah baca, ada kejadian seperti itu dan akhirnya mereka ditolak oleh host-nya. Kalau sudah begitu kan makin repot dan justru akan keluar biaya lagi lebih besar.

Kalau misalnya apartment nya kapasitas 4 orang, tapi kita berlima termasuk infant nih satu, bisa ngga yah, karena infant kan tidurnya juga bersama dengan ortunya? Kalau seperti itu lebih baik tanyakan dulu sama hostnya, bisa tidak seperti itu, kalau sama hostnya boleh, berarti aman.

- Jumlah kamar tidur/ jumlah kamar mandi/ jumlah tempat tidur
Bisa disesuaikan dengan keinginan kita. Misalnya kita berlima, pilih yang 2 kamar atau yang 5 tempat tidur.

- Fasilitas
Saya memilih fasilitas dapur dan lift. Dapur karena saya berniat masak untuk anak-anak. Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga saja kalau anak-anak tidak cocok dengan makanan Eropa, yah selain untuk pengiritan juga sih :) Nah kalau lift, tidak semua bangunan apartment di Eropa punya lift. Kalau bangunan tua mereka tidak punya lift. Bisa kebayang kan kalau apartment yang kita tempatin itu berada di lantai 6 dan tidak ada lift ke atas sementara kita harus angkat koper. Jangankan lantai 6, lantai 3 saja sudah ngos-ngosan koq. Jadi pengalaman saya kmrn waktu di Roma, saya dapat kamar lantai 3 dan kebetulan sekali liftnya sedang rusak.

- Rentang harga
Ini bisa disesuaikan sesuai dengan budget kita perhari.

Terus gimana sih cara bookingnya AirBnB ini? Apakah aman?
Sebelum memesan sebuah kamar/ apartment, biasakan baca reviewnya dulu atau cari host yang sudah superhost. Menurut saya, baca review dari pengguna sebelumnya itu penting, karena kalau cuma berdasarkan deskripsi, kadang deskripsinya tidak lengkap.

Oh ya, untuk booking di AirBnb ini kadang ada kamar yang bisa langsung dibooking (instan booking) ada juga yang harus request dulu ke si hostnya. Nah kalau harus request dulu itu nanti dalam waktu 2x24 jam si host akan kasih jawaban apakah mereka nerima atau nolak kita.

Bisa tidak kalau bukti bookingan di AirBnB ini dipakai untuk minta visa?
Bisa koq. Ketika kita sudah booking, mereka akan kasih alamat yang lengkap berikut directionnya. Nanti juga kita akan dapat booking confirmation yang bisa diprint dari account AirBnB kita.

Tapi takut kalau visa ditolak gimana? Apakah uang akan hangus? 
Carilah tempat yang menerapkan sistem pembatalan flexible. Jadi kalau flexible ini, kita masih bisa cancel dalam waktu 24 jam sebelum tanggal kita menginap dan uang kita akan dikembalikan penuh kecuali service fee. Di AirBnB ini sendiri ada 3 sistem pembatalan, yaitu strict, moderate, dan flexible. Kalau strict itu uang kita hanya akan dikembalikan 50% kalau ada pembatalan dari kita dan kalau moderate, kita masih bisa cancel 2 minggu sebelum tanggal menginap dengan pengembalian penuh kecuali service fee.

jangan lupa baca info di atas yah

Pembayarannya gimana?
Untuk pembayaran sih sama seperti situs-situs lainnya yaitu dengan menggunakan kartu kredit. Tapi di AirBnB ini kita bisa pilih mau bayar full langsung atau mau bayar dulu setengah. Terus bisa juga harganya itu dibagi ke dalam jumlah tamu. Jadi misalkan 300 Euro, tamunya 3, jadi seorang 100 Euro begitu. Kalau kita pilih pembayaran setengah, biasanya pembayaran pertama dilakukan saat kita booking dan yang kedua itu 2 minggu sebelum kita menginap.

Hal lain yang HARUS kita perhatikan :
Waktu kita menginap, jagalah semua barang-barang milik host dengan baik, karena kalau ada yang rusak kita bakalan di denda. Kadang ada host yang minta uang jaminan di awal sewa, tapi ada juga yang tidak.

Lalu tinggalkan apartment dengan bersih dan rapi ketika kita check out. Jangan lupa buang sampah, cuci piring dan rapikan barang. Biasanya hal ini ditulis sama hostnya di dalam apartment berikut dengan cara check out. Mostly, we simply just left the key inside the room when we check out. Jadi ketika ada keluhan sesuatu dari si host, misalkan sampah tidak dibuang atau ada barang yang rusak, si host akan langsung lapor ke AirBnB dan kita akan dikenakan denda atau account kita diblokir.

Tulis review sejujur-jujurnya
Hal terakhir yang tampak sepele tapi sebenarnya penting yaitu tulis review tentang pengalaman kita menginap di tempat mereka. Tulislah yang jujur karena review kita ini akan sedikit banyak membantu calon pengguna lainnya.

--

Nah ngga sulitkan booking di AirBnB. Prinsipnya yah sama dengan situs penyedia akomodasi lainnya hanya ini berupa apartment. Ada yang punya pengalaman lain??


☺☺☺




Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Hi ibu-ibu yang punya anak kecil...

Pergi liburan adalah satu hal yang menyenangkan apalagi bila dilakukan bersama keluarga. Tapi bagaimana kalau masih punya bayi, anak batita, atau balita?? 

Punya anak bukanlah penghalang kita untuk pergi liburan lohh, ibu-ibu. Justru dengan liburan, kita bisa membangun hubungan yang lebih dekat dengan anak kita. Selain itu anak kita juga bisa belajar banyak hal lohh dari liburan itu sendiri. Misalnya kalau kita pergi ke kebun binatang, anak kita yang tadinya hanya bisa lihat binatang di buku atau TV jadi bisa secara langsung melihat ohh, harimau itu seperti itu bentuknya, jerapah itu begitu. Itu bagian dari belajar juga kan... :)

Repot kan liburan sama anak kecil? Repot? Saya hanya mengatakan bahwa yah, barang bawaan kita pasti akan bertambah, dibanding kalau kita liburan hanya berdua dengan suami atau dengan orang dewasa. Repot atau tidak itu relatif bagaimana kita menghadapinya. Perasaan takut repot itu pasti ada, saya pun setiap kali mau pergi liburan selalu ada ketakutan dalam diri saya, terutama pada si boy. 

Si boy anak saya yang bontot baru genap 3 tahun bulan Mei 2018 lalu, dia termasuk anak yang sangat aktif, tidak bisa diam, masih suka-suka dia dan belum ngerti kalau dibilangin. Hal itu menjadi ketakutan tersendiri buat saya, gimana yah kalau nanti di jalan dia cranky? Gimana kalau nanti di pesawat dia ga mau duduk tenang, kalau dia ga mau pakai sabuk pengaman gimana? Gimana kalau dia ngga mau duduk di stroller? Tapi saya jalanin saja, saya berserah, yang terjadi terjadilah. Yang saya bisa lakukan adalah memikirkan dan mempersiapkan cara agar dia bisa tenang di pesawat. Dan akhirnya untuk dia, memang harus ada persiapan khusus sih.

Tapi secara keseluruhan apa sih yang harus kita siapkan untuk berlibur bersama anak-anak agar liburan kita bisa berjalan lancar?

1. Stamina
Menurut saya ini hal yang sangat penting. Siapa sih yang mau kalau misalnya udah beli tiket pesawat dari jauh-jauh hari, tiba-tiba menjelang hari H, ehh si kecil sakit dan terpaksa kita batal pergi. Jadi stamina ini point yang sangat penting.

Sejak sebulan atau minimal 2 minggu sebelum pergi, saya selalu me-maintain kesehatan mereka. Saya ga pernah absen kasih mereka vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh mereka dan kalau perlu saya tambahin dengan imboost (ini kalau disekitar kita lagi ada yang sakit). Saya juga menjaga kualitas tidur mereka supaya cukup tidur dan menghindari hal-hal yang membuat mereka kelelahan seminggu sebelum pergi. Tapi yah jangan juga sampai mengurung diri di rumah.. main di sekitar komplek atau jalan ke mall masih ok. Tapi kalau seperti main playground atau olahraga yang cape gitu saya sih skip dulu. Agak takut juga main playground mengingat virus2 penyakit cepet bangun menular dari sana.

Untuk vitamin, bocah-bocah cocok sama Usanimals dari Us*na. Itu jenisnya tablet kunyah rasa jeruk. Belinya dari agen Usana karena ini produk dipasarkan secara MLM, tapi kalau mau yang gampang carinya, Usanimals ini kandungan sama dengan An*mal's Parade (ini banyak di Guardian atau
Century).

2. Memilih jam keberangkatan yang tepat untuk long flight
Kalau untuk perjalanan jauh dengan pesawat, saya lebih prefer untuk memilih penerbangan malam yang sesuai/ mendekati waktu tidur bocah-bocah. Dan trik nya agar mereka bisa segera tidur adalah, buatlah mereka cape sebelum naik pesawat. Bermain di  play zone atau mengajak mereka berkeliling airport juga bisa jadi pilihan aktivitas sebelum naik pesawat.

3. Cari Penginapan yang Ramah Anak
Ketika saya cari apartment di Eropa via AirBnb, saya mendapatkan beberapa apartment yang menolak tamunya membawa anak kecil dengan berbagai alasan. Tidak semua begitu, banyak juga koq yang apartment yang memperbolehkan anak kecil. Tapi walaupun demikian saya selalu melihat dulu bagaimana tipe apartment tersebut. Apakah tempat tidurnya di loft/ loteng dengan tangga curam? Kalau iya, saya pasti skip, karena saya takut si boy malahan naik turun tangga terus. Apakah ada balkon, kalau ada apakah aman juga ada anak? Itulah kira-kira yang saya pertimbangkan dalam memilih apartment, lebih bagus lagi kalau ada playground di area apartmentnya :)

Itu untuk apartment. Untuk hotel saya kira tidak masalah. Rata-rata mereka memperbolehkan anak kecil menginap.

4. Stoller
Jika masih perlu stroller, bawalah stroller untuk travelling. Kebanyakan stroller untuk traveling ini memiliki bobot yang ringan dan mudah dilipat, bahkan ada yang bisa dibawa masuk ke cabin pesawat. Tapi kalau tidak punya, apakah harus beli? TIDAK. Karena sekarang banyak koq yang nyewain stroller untuk travelling. Lihat saja di instagram, tinggal ketik #sewastrollertangerang misalnya, muncul deh gambar2 stroller yang disewakan berikut tempatnya. Untuk harga kurang lebih sama. Biasanya dihitung perminggu dan harus simpan deposit yang akan dikembalikan setelah stroller-nya kembali dalam keadaan sehat walafiat.

5. Membuat Itinerary
Meskipun tidak bisa 100% dilaksanakan, setidak nya kita sudah ada gambaran hari ini mau, besok mau kemana dan naik apa. Jika travelling bersama anak, buatlah itinerary yang juga ramah anak, jangan yang padat dari pagi sampai malam jalan kesana kesini atau shopping tidak berhenti. Adanya nanti kita repot kalau anaknya kecapean dan bosan. Mending kalau cape dia langsung tidur, nah kalau dia cranky? Selain itu, yang namanya liburan sama anak berarti kan anaknya juga harus senang, bukan ortunya doang yang senang.. Jadi buatlah itinerary yang menyenangkan juga buat mereka. Misalnya ke zoo, main playground, piknik di taman kota, atau berenang.

6. Pakaian
Penting untuk kita mengetahui keadaan tempat dimana kita akan berlibur. Kalau berlibur ke tempat panas, bawalah baju-baju yang adem. Kalau ke tempat dingin, bawalah baju yang sesuai untuk musim dingin. Jangan lupa bawa baju ekstra di ransel/ Diapers Bag.

7. Makanan
Bawa makanan kesukaan si kecil seperti biscuit, jelly, atau wafer. Kalau saya, biasanya saya bagi 2, di ransel ada di koper juga ada buat persediaan. Sedikit dan banyak, ngemil bisa membantu mengatasi/ mengalihkan rasa bosan si kecil lohh.. Bawa susu cair kotak boleh ga? Kalau naik pesawat, susu kotak boleh masuk bagasi dan biar ga bocor, bungkuslah pakai wrap atau plastik.

8. Mainan/ activity book
Mainan kesayangan bisa jadi hal yang jangan sampai ketinggalan. Mainan seperti puzzle, lego bisa juga jadi option. Atau kalau tidak mau ribet dengan banyaknya bawaan, mungkin juga bisa bikin/ beli semacam busy book. Berbagai aktivitas di dalam busy book tersebut bisa membuat si kecil anteng dan lupa sama bosannya.

9. Obat-obatan
Tidak ada yang mau jatuh sakit ketika berlibur, namun ada baiknya kita prepare dengan segala kemungkinan. Setiap kali berlibur, saya selalu menyiapkan satu tas berisi obat-obatan. Untuk bocah-bocah selain vitamain, saya juga selalu bawa obat turun panas, obat masuk angin (tol*k angin/ ant*ngin anak) obat diare, minyak kayu putih, minyak telon, obat anti muntah, obat maag, termometer, obat luka, dan plester untuk luka.

10. Botol Air Minum
Bukan sekedar katanya saja kalau yang namanya air putih itu mahal di luar negeri sana. Jangankan di Eropa, di Singapore saja air putih mahal. Untuk persiapannya, saya selalu bawa botol air minum extra dari rumah. Jadi sebelum saya keluar dari apartment atau hotel, saya isi semua botol saya, dan kalau habis tinggal cari dispenser atau kalau di Eropa ada kran air yang airnya bisa lsg diminum, isi ulang deh. Lumayanlah buat ngirit pengeluaran.

11. Tas Ransel/ Diapers Bag
Tidak ketinggalan penting, saya selalu membawa ini kemana-mana. Di dalam tas ransel ini, saya memasukkan pakaian ganti, kaos kaki, sun block, diapers, tissue basah, tissue kering, minyak telon, obat masuk angin, snack, mainan, dan minuman (air putih dan susu). Untuk minuman di pesawat tidak boleh, tapi saya bawa botolnya saja agar bisa diisi tiap saat.

12. Roller Blend Essential Oils
Yang terakhir ini yang ngga pernah ketinggalan. Roller Blend Essential Oils. Percaya atau tidak, essential oils ini beneran bisa menolong dalam beberapa kondisi. Awalnya juga saya ngga percaya, saya pikir itu hanya sugesti, bagaimana bisa orang batuk, dikasih essential oils lalu sembuh, but that's what happened. Dan sejak itu, essetial oils selalu ada dalam tas saya.

Essential Oils yang saya bawa adalah untuk sleep tight, imune booster, relax and clam, cough dan flu. Semua saya bikin sendiri dan saya masukkan ke botol roller jadi lebih gampang kalau mau pakai, tinggal gosok saja di belakang kuping, belakang leher, atau jempol kaki.

Nah, kira-kira begitulah persiapan saya untuk liburan bersama bocah-bocah. Semoga bisa jadi referensi dan kalau ada yang mau tambahin, silahkan comment yah..

Have a nice travelling!!









Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

~ Mommy of two | Child of GOD ~


Travelling, it leaves you speechless the turns you into a storyteller

Follow Us

  • facebook
  • instagram
  • pinterest

POPULAR POSTS

  • Paduan Mengisi Formulir Aplikasi Visa Schengen
    Hai temen-temen yang mau apply visa Schengen... Seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, mengunduh dan mengisi formulir aplika...
  • Apply Sendiri Visa Schengen untuk Keluarga
    EROPA adalah benua yang bisa dibilang banyak dimintai orang-orang untuk berlibur. Banyaknya tiket promo dari airlines juga tour-tour murah ...
  • Semalam di Grand Mercure Bandung
    Berhubung saya orang Bandung, jadi walaupun saya suka ke Bandung tapi saya tidak pernah sekalipun menginap di hotel di Bandung. Dan Grand M...
  • Keliling Eropa dengan Eurail Pass
    Setelah memutuskan untuk pergi ke Eropa pada liburan musim panas lalu dan juga kebetulan mendapatkan tiket harga promo dari Etihad SIN - CD...
  • Metro Oh Metro...
    Salah satu tekad saya ketika saya berada di Paris adalah pengen keliling Paris dengan ala-ala Parisian. dan Metro adalah pilihan utama saya...
Copyright by. insidetheirbackpack. Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2018 (10)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ▼  July (3)
      • Welcome in Paris
      • Pengalaman & Tips Booking Apartment di AirBnB
      • 12 Tips Persiapan Melancong Bersama Anak-anak
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
  • ►  2017 (5)
    • ►  August (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)

Categories

akomodasi eropa indonesia tips transportation travelling with kids visa

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates